Jakarta, Gatra.com - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar mengatakan bahwa sektor pesisir dan ekosistem kelautan memiliki potensi besar dalam penurunan emisi karbon.
"KLHK sudah menyiapkan langkah-langkah operasional kaitan dengan hutan dan daratan melalui FoLU Net Sink 2030," katanya di Jakarta, Senin (18/4).
Ia menjelaskan, blue carbon atau karbon biru merupakan karbon yang diserap dan disimpan pada ekosistem pesisir dan laut, seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawa payau. Pengembangan karbon biru sangat penting dan potensial di Indonesia, khususnya ekosistem mangrove.
Menurutnya, menjaga dan memperbaiki ekosistem mangrove merupakan suatu cara ampuh untuk menjaga ekosistem kelautan Indonesia. Sekaligus, membuat penangkap karbon yang baik.
"Pemerintah selama ini sudah menanam mangrove dari tahun 2010 sampai 2019 itu 45 ribu hektar lebih, dan selama tahun 2020 kita sudah menanam 39.970 hektar. Jadi kita sudah menanam lebih dari 80 ribu hektar. Seperti arahan Bapak Presiden, akan dilakukan penanaman sampai 600 ribu hektar lebih," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono juga menyampaikan bahwa kondisi saat ini dihadapkan pada satu sisi di mana ekologi harus dijaga, tetapi di sisi lain ekonomi juga harus tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, KLHK dan KKP saling mendukung untuk bersama-sama menjaga ekosistem alam, khususnya ekosistem kelautan.
"Kami bersama-sama Kementerian LHK, membuat terobosan-terobosan untuk menjaga lingkungan laut yang diyakini lebih besar dalam penyerapan emisi karbon,” ucap Trenggono.
Beberapa strategi yang dilakukan di antaranya berupa penguatan ekosistem karbon biru dengan memperluas dan menjaga secara ketat kawasan konservasi mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Selanjutnya, perlu adanya penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pengembangan perikanan budidaya berkelanjutan, serta penataan pemanfaatan ruang laut dan pulau-pulau kecil yang mengutamakan perlindungan ekosistem.