Klaten, Gatra.com- Heboh gereja dijual dan akan dibangun menjadi masjid bernama Isa Almasih viral di media sosial. Video viral itu diunggah akun Twitter @Lelaki_5uny1, Jumat (15/4). "Allahu Akbar. Gereja "Kerasulan Baru" di Klaten Jawa Tengah berhasil dibeli oleh Yayasan Pembina Mualaf (YPM) At-Tauhid dan akan dibangun masjid dengan nama Masjid Isa Almasih," cuit Lelaki_5uny1 pada caption video unggahannya dikutip VIVA, Sabtu (16/4).
Pemberitaan itu mendapat respon dari pihak Gereja Kerasulan Baru yang menggelar klarifikasi yang juga diunggah di YouTube. Dengan tajuk, Klarifikasi Langsung Gereja Kerasulan Baru Dijual & Dijadikan Mesjid. Sebagai pembicara, Evangelis Wahyu, dari Gereja Kerasulan Baru, yang bertransaksi dengan pembeli gereja. Wahyu menceritakan semua kronologis pembelian gereja itu.
"Gereja ini sebenarnya gereja lama, gereja tua. Sejak tahun 1980-an. Dalam perkembangannya, pertumbuhannya tersendat. Semakin lama tidak kelihatan berkembang. Dikarenakan tempatnya berdekatan dengan gereja induk. Jadi Gereja Gentan ini berdekatan dengan Gereja Kerasulan Baru induk, yang jaraknya hanya 4 kilometer," katanya.
"Banyak jemaatnya yang kembali ke gereja induk. Pemudanya banyak yang merantau. Apalagi ini gereja pinggiran. Gereja di Klaten, namun sudah berbatasan dengan Gunung Kidul, Jogjakarta. Anggotanya lama-kelamaan itu habis," katanya.
"Singkat cerita, terakhir itu tinggal empat orang. Empat orang itu, yang dua merantau. Dalam kondisi demikian, setelah dievaluasi oleh pusat, akhirnya diambil keputusan untuk efisiensi pelayanan maka gereja ini ditutup," katanya.
"Ibadah penutupan itu dilakukan sejak sebelum pandemi. Ada ibadah khusus penutupan dilanjutkan dengan mengangkut mebeler dan simbol-simbol yang ada di dalam," katanya.
"Yang di luar (tanda salib) itu memang lupa. Karena tempatnya simbolnya itu di atas. Tinggi. Kita pinginnya kapan-kapan akhirnya lupa. Karena juga begini, karena aset gereja itu juga akan dijual ke gereja, kita santai-santai sajalah. Karena yang kita tawari itu ke gereja-gereja. Jadi tidak benar umatnya pindah agama. Itu juga bukan gereja, tetapi bangunan bekas gereja," katanya.
"Kita tawarkan ke gereja-gereja sekitar. Harganya murah, karena harapannya bisa digunakan untuk pelayanan lagi. Hargnya tidak saya sebutkan, karena harganya memang murah. Namun tidak ada titik temu. Pemewintah desa juga menawar, namun tawarannya sangat rendah," katanya.
"Datang Mathias. Saya lihat KTP-nya Katholik. Karena yang menawar di depan ragu-ragu, dia yang langsung nyaplok itu. Setelah dia datang, saya diketemukan dengan seseorang namanya Pak Budi. Matias pernah menawar lebih tinggi dari yang saya tawarkan ke gereja-gereja lain, tapi saya tetap pada harga tawaran kita. Karena pikiran saya masih bersih, tanpa prasangka, akan dipakai buat pelayanan. Yang beli juga saudara seiman. KTP-nya jelas. Saya sampai bertanya, nanti gerejanya apa namanya? Dia sebut gereja Kabar Baik. Kemudian disepakati harga," katanya.
"Pihak Pak Budi juga memberikan fee sejumlah uang, sepuluh juta. Yang lima juta diberikan Pak Matias, yang lima juta diberikan saya. Saya tolak. Di tempat kami tidak ada begitu Pak, kalau diberi ya kami laporkan ke gereja. Setelah saya laporkan, perintah pengurus gereja agar dimasukkan sekalian. Sehari kemudian diberi DP. Begitu cepat, sehari kemudian dilunasi," katanya.
"Ya saya senang. Penjualan aset itu sudah bertemu dengan pembeli yang baik, ya saya sambut saja. Akhirnya, kita ke notaris. Di sana terjadi perjanjian jual beli. Legalisasi jual beli di bawah tangan. Saya sudah plong. Kunci sudah diambil Pak Matias. Malamnya, diberitahu saudari yang jaga gereja, bahwa menurut Pak Lurah dan Pak RT, gereja itu yang beli bukan orang Kristen, tapi mualaf-mualaf Cina. Saya syok. Saya langsung lapor ke pemimpin pusat. Pak Mathias saya telepon, siapa itu yang beli gereja? Dia bilang donatur. Donatur itu siapa? Dia sebut Hanny Kristianto. Ya sudah. Terjadilah yang sudah anda ketahui semua itu," katanya.
Baca juga: Geger! Gereja Mualaf Jadi Masjid, Hanny Kristianto: Kamu Tahu Kok yang Beli Saya!