Cilacap, Gatra.com - Pengecer BBM mitra resmi Pertamina, Pertashop di sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengalami penurunan omzet harian lebih dari 60% akibat naiknya harga pertamax mulai 1 April 2022 lalu.
Salah satu pengelola Pertashop di Kecamatan Cipari, Eko Suyono mengatakan disparitas harga antara Pertamax dengan Pertalite yang mencapai Rp4.850 membuat sebagian konsumen beralih menggunakan Pertalite.
“Orang itu pada ngejar Pertalite, itu yang belinya di Pertamini dan itu yang di botolan,” katanya.
Sementara, Pertashop hanya menyediakan BBM nonsubsidi, yakni Pertamax. Akibatnya, konsumen lebih memilih belanja ke pengecer ilegal, Pertamini atau penjual BBM botolan.
Dia mengakui penjualan Pertamax turun jauh dari sebelum kenaikan harga. Pertashop yang dikelolanya mampu menjual kisaran 500 liter per hari. Akan tetapi, saat ini penjualan hanya mencapai 150 per hari, atau turun sekitar 70%.
“Sehingga yang pertamax itu, yang sebelumnya bisa 500 liter lebih per hari, sekarang ini paling-paling hanya 100 sampai 150 liter per hari,” ungkap dia.
Dia mengaku khawatir tak bisa membayar pegawai lantaran penurunan penjualan harian. Pasalnya, di Pertashop wajib ada dua karyawan untuk shift pagi-siang dan siang-malam.
"Yang saya khawatirkan tidak bisa membayar karyawan, gitu loh,” ucap dia.
Serupa dengan Eko, pengelola Pertashop di Kecamatan Sidareja, Rokhim mengatakan penjualan Pertamax turun lebih dari 60%. Semula Pertashop yang dikelolanya mampu menjual antara 500-600 liter per hari. Akan tetapi saat ini hanya mampu menjual kisaran 200 liter per hari.
Menurut dia, kondisi ini karena kenaikan harga yang sangat tinggi dan banyaknya pengecer Pertalite hingga pedesaan. Karena itu, dia meminta agar pengecer BBM tak berizin ditertibkan.