Jakarta, Gatra.com– Tak bisa dipungkiri, ada kesan menakutkan terhadap matematika. “Yang membuat anak takut adalah doktrin. Ketika orang tua bilang bahwa matematika itu sulit, anak langsung menganggap matematika sebagai momok. Ubah dulu persepsi; matematika itu mudah dan menyenangkan,” ujar Trainer Parenting Nasional Bunda Kurnia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/4).
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kesan sulit dan rumit saat belajar matematika. Pertama, matematika dipelajari sesuai kegunaannya.
“Bila ditunjukkan kegunaannya, anak pasti tertarik. Misalnya untuk jual beli. Jadi anak paham, seperti apa aplikasinya di masyarakat,” jelas Prof. Purna.
Kedua, mulai dari level yang mudah atau sederhana, baru naik ke derajat yang lebih tinggi. Hal ini juga akan melatih kita membuat skala prioritas dari tiap persoalan.
Ketiga, membangun pemahaman anak terhadap suatu persoalan. Pengajaran matematika yang hanya mengedepankan hafalan tanpa membuat anak memahami konsepnya, membuat matematika terkesan sulit.
Pembelajaran matematika perlu mengambil bentuk yang logis dan nyata. “Misalnya ketika belajar trigonometri. Sin, cos, tan itu posisi atau koordinat. Ceritakan dulu masalah koordinat. Kalau sudah paham, baru masuk ke hitungan,” imbuhnya.
Bunda Kurnia setuju, aplikasi belajar seperti CoLearn (https://colearn.id/tanya) bisa sangat membantu anak dalam belajar matematika. Adapun Bunda Kurnia berpendapat, melibatkan pihak lain seperti aplikasi belajar CoLearn merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan orangtua untuk menghilangkan kesan “horor” dari matematika.
“Sistem belajar yang unik, lucu, dan menyenangkan, membuat anak senang belajar. Apalagi gurunya masih muda, dan metode belajar yang digunakan dekat dengan yang ada di sekitar anak,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Rektor Universitas Tarumanegara Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan, I.P.M. Dulu, guru mengajar dengan menulis di papan tulis. Murid harus mengandalkan ingatan yang kuat dan buku catatan.
"Sekarang, melalui daring. Pelajaran matematika dipermudah karena banyak ilustrasi, skema, video, dan tampilan-tampilan menarik, yang bisa membawa kemampuan matematika yang lebih baik,” Prof. Purna memaparkan.
Para pengajar dalam aplikasi belajar juga lebih interaktif, dan menyampaikan materi dengan cara yang menarik. Ini membuat anak-anak lebih tertarik, dan tidak merasa ketakutan.
“Ketiga, pembelajaran bisa diulang-ulang. Anak yang belum paham bisa mengulang materi. Anak yang sudah paham dan ingin pengetahuan lebih, bisa mempelajari materi yang lain yang karena sudah tersedia. Anak pun bisa belajar dari mana saja,” jelas Prof. Purna.
Karena pembelajaran bisa diulang-ulang dengan aplikasi, penggunaan aplikasi belajar bisa menjadi pelengkap pembelajaran formal di sekolah. Maka ketika anak merasa penjelasan oleh guru dari sekolah masih kurang jelas, pembelajaran bisa diulang atau diperjelas lagi lewat aplikasi belajar.
Dengan cara seperti ini, paradigma anak terhadap matematika bisa berubah, menjadi lebih positif. Sebagai informasi, CoLearn adalah start up aplikasi belajar lokal asal Indonesia.
Sejak diluncurkan pada Agustus 2020, CoLearn telah membantu >3,5 juta siswa belajar secara mandiri selama pandemi COVID-19. Yang menarik dari CoLearn, pembelajaran berlangsung dua arah, meski bantuan PR berupa video juga tersedia.
CoLearn meyakini bahwa pembelajaran paling efektif ketika anak berinteraksi langsung dengan guru, mentor, dan teman-teman sekelas. Sistem berbasis kohort (cohort-based) ini memang merupakan keunikan dari CoLearn.
Dengan sistem ini, anak memiliki komunitas tersendiri, karena mereka akan bersama dengan teman-teman yang sama sepanjang semester. Mereka pun saling bantu, dan saling menyemangati. Familiaritas di ruang kelas (dengan guru, teman-teman, dan struktur kelas) juga bisa membantu anak untuk lebih senang belajar.
Di Kelas Live CoLearn juga ada Math in Action, di mana anak diajarkan konsep dan contoh aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuat anak makin tidak takut dengan matematika, dan bisa melihat betapa dekatnya matematika dengan kehidupan sehari-hari.