Home Hukum Brutalnya Geng Kota Pelajar: Perang Sarung Batal, Sabetan Gir Menjemput Ajal

Brutalnya Geng Kota Pelajar: Perang Sarung Batal, Sabetan Gir Menjemput Ajal

Yogyakarta, Gatra.com - Aksi klitih yang menewaskan DAA (18), seorang pelajar SMA di Kota Yogyakarta, Minggu (3/4) lalu rupanya buntut dari batalnya ajang perang sarung.

Atas kejadian ini, lima pemuda usia 18-20 tahun anggota geng sekolah ditangkap, yakni FAS, MMA, RS, B, dan G.

Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda DIY, Kombes Pol Ade Ary Syam Indriadi, menjelaskan, para pelaku ini tergabung di geng M yang tergolong geng brutal dan hendak melakukan tawuran perang sarung dengan geng lain.

“Tapi perang sarung ini dapat digagalkan Polres Bantul,” kata dia dalam jumpa pers di Mapolda DIY, Senin (11/9).

Setelah itu, sebagian anggota geng M itu putar-putar naik sepeda motor hingga berpapasan dan saling ejek dengan kelompok korban.

Kelompok korban lalu mampir di warung untuk memesan makanan. Namun kelompok pelaku lewat dan melontarkan makian hingga membuat kelompok korban, mengejar, tapi berbalik dan salah satu pelaku, RS menyabetkan gir.

Gir sepeda motor berdiameter 21 centimeter ini diikat di ujung sabuk beladiri berwarna kuning. Ayunan gir itu mengenai DAA hingga membuat putra anggota DPRD Kebumen itu menemui ajal setelah sempat dibawa ke rumah sakit.

“Peristiwa ini motifnya karena ketersinggungan, saling ejek dua kelompok yang tidak saling kenal. Korbannya tidak acak, bukan masyarakat,” ujar Ade.

Kepala Divisi Humas Jogja Police Watch (JPW) Baharuddin Kamba mengapresiasi kepolisian dengan menangkap lima terduga pelaku.

"Harapannya ke depan tentunya kasus kekerasan jalanan ini tidak kembali terjadi lagi. Tentunya dengan giat melakukan razia dan patroli rutin di kawasan yang rawan tindak kejahatan, peran serta orangtua maupun sekolah sangatlah diperlukan, dan pemerintah daerah harus duduk bersama mencari solusi terbaik agar kasus klitih tidak terulang kembali," tuturnya.

Menurutnya, kejadian ini juga penting sebagai edukasi kepada masyarakat jangan sampai keliru memaknai 'jaga warga' lantas melakukan tindakan anarkis terhadap orang yang dicurigai sebagai pelaku kejahatan atau klithih.

Yang jelas, kata Kamba, kasus tewasnya DAA menambah daftar panjang kasus kekerasan jalanan di kota pelajar ini. Meskipun proses hukum kerap dijalani oleh para pelaku, hal itu seakan tidak memberikan efek jera bagi para pelaku yang lain.

"Kasus kekerasan di jalanan oleh sejumlah oknum pelajar tentunya dapat mencoreng citra Yogyakarta sebagai kota pelajar, kota budaya, sekaligus kota wisata," katanya.

 

106