Cilacap, Gatra.com – Kondisi air Sungai Serayu belum pulih pasca-flushing atau pembuangan lumpur dengan membuka pintu air di Bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica, Banjarnegara, 1 dan 6 April 2022 lalu.
Pemantauan dilakukan di Bendung Gerak Serayu (BGS) di Rawalo, Banyumas, Minggu sore (10/4/2022).
Pemerhati Sungai yang juga Ketua Forum Masyarakat Pariwisata Sungai Serayu (FMPS) Eddy Wahono mengatakan, kondisi air masih keruh pekat menghitam empat hari setelah flushing terakhir. Penampakan secara kasat mata ini menujukkan bahwa perairan Sungai Serayu belum pulih.
“Kondisinya masih sangat pekat menghitam, kondisinya hari ini. Setelah flushing kemarin pada tanggal 6 April, yang dilakukan oleh PT Indonesia Power. Dampaknya masih sampai hari ini,” kata Eddy, Senin (11/4).
Menurut Eddy, dalam jangka pendek, kondisi ini mengancam kepunahan biota endemik yang berada di Sungai Serayu. Sementara, dalam jangka panjang, kondisi keruhnya air akan menyebabkan ancaman ekosistem Sungai Serayu secara keseluruhan.
Karena itu, ia mendesak agar PT Indonesia Power sebagai pengelola PLTA Mrica tidak lagi melakukan pembuangan lumpur ke Sungai Serayu. Jalan paling aman, kata dia, adalah dengan menyedot lumpur di Bendungan Mrica, dengan risiko memakan biaya lebih besar.
“Dan kualitas air pun sudah semakin memburuk, justru. Ini yang mengancam kelestarian dari sungai strategis nasional kita, Sungai Serayu,” ujarnya.
Eddy Wahono mengungkapkan, pembuangan flushing itu tidak dikoordinasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) maupun pemerintah daerah dan masyarakat di sepanjang aliran Sungai Serayu.
Dia menambahkan, permintaan flushing juga pernah dilakukan pada 2006, namun ditolak oleh Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) lantaran dampaknya besar dan akan mengancam ekosistem Serayu hilir.
“Diharapkan dalam hal ini, PT Indonesia Power, menutup pintu airnya. Untuk mengantisipasi kepunahan biota-biota sungai yang berada di hilir,” imbuhnyq.
Diketahui, kematian massal ratusan ribu ikan terjadi di Sungai Serayu pada 1-2 April 2022 dan 6-7 April 2022. Belakangan diketahui, kematian massal itu terjadi karena flushing atau pembuangan lumpur dari Bendung PLTA Mrica, Banjarnegara yang posisinya berada di hulu Serayu. Selain kematian ikan, dikhawatirkan flushing ini juga menyebabkan kepunahan biota Serayu hilir dan rusaknya ekosistem.
“Dan hari ini balai besar wilayah sungai serayu opak, diwakili oleh bendung gerak serayu, membuka air, 570 meter kubik per detik,” ucapnya.