Islamabad, Gatra.com - Politisi oposisi Shehbaz Sharif mengajukan pencalonannya untuk menjadi perdana menteri Pakistan berikutnya ke legislatif pada hari Minggu (10/4).
Pernyataan itu diungkapkan partainya, setelah petahana Imran Khan kehilangan pengaruh akibat mosi tidak percaya di parlemen, setelah hampir empat tahun berkuasa.
Shehbaz, 70 tahun merupakan adik dari tiga perdana menteri sebelumnya, Nawaz Sharif, telah memimpin oposisi di parlemen untuk menggulingkan mantan bintang kriket Khan, itu, Dia diperkirakan akan menggantikan Khan setelah pemungutan suara pada hari Senin.
Partai Khan juga akan mengajukan pencalonan Khan jadi perdana menteri, dan anggota parlemen mereka akan mengundurkan diri secara massal jika dinyatakan kalah.
Khan mulai digulingkan melalui mosi tidak percaya selama hampir seminggu. Pada hari Minggu, ia mengulangi tuduhan bahwa ada konspirasi asing berada di balik terjadinya perubahan rezim.
“Perjuangan kemerdekaan dimulai lagi hari ini,” katanya melalui akun Twitter-nya, diikuti lebih dari 15 juta pendukungnya yang masih mendukungnya sebagai Perdana Menteri Pakistan.
Sebelum pemungutan suara, Khan telah menyerukan protes, yang diperkirakan akan berlangsung pada Minggu malam.
“Saya memberi tahu semua pendukung saya di seluruh Pakistan, pada hari Minggu, setelah salat Isya, Anda semua harus keluar dari rumah Anda dan memprotes secara damai terhadap pemerintah impor yang mencoba untuk berkuasa,” katanya dalam sebuah pidato.
Pemerintahannya jatuh pada Minggu dini hari setelah sesi 13 jam yang mencakup penundaan berulang dan pidato panjang oleh anggota parlemen dari partainya, Pakistan Tehreek-e-Insaf.
Partai-partai oposisi berhasil mengumpulkan 174 suara di majelis yang beranggotakan 342 orang sebagai mosi tidak percaya. Jumlah itu memberi suara mayoritas yang dibutuhkan, memungkinkan digelarnya pemungutan suara pada hari Senin untuk memilih perdana menteri baru.
Mantan menteri informasi Khan Fawad Chaudhry mengatakan kepada wartawan tentang rencana pengunduran diri jika calonnya tidak menang.
Reuters, Minggu (10/4) melaporkan, dua sumber yang menolak disebutkan namanya mengatakan pemungutan suara yang menggulingkan Khan berlangsung setelah panglima militer yang berkuasa, Jenderal Qamar Javed Bajwa, bertemu Khan, di tengah kritik meningkat atas penundaan proses parlementer.
Mahkamah Agung juga telah memerintahkan parlemen untuk mengadakan pemungutan suara.