Demak, Gatra.com – Abrasi yang terjadi di pesisir pantai utara Jawa Tengah, khususnya di wilayah Kabupaten Demak sudah sangat memprihatinkan. Jika tidak lekas ditangani dengan cepat dan tepat, dalam kurun waktu 10-20 tahun mendatang wilayah Demak berpotensi tenggelam.Dampak abrasi paling parah terjadi di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Abrasi yang terjadi di Kecamatan Sayung selama 20 tahun terakhir diperkirakan yang terbesar di kawasan pantai utara dan selatan jawa. Merujuk pada data litbang.kkp.go.id, 2018, luas kawasan yang terkena erosi mencapai 2.116,54 hektar yang menyebabkan garis pantai mundur sepanjang 5,1 kilometer dari garis pantai di tahun 1994 lalu. Dari data yang dikumpulkan serta dianalisis secara deskriptif diketahui bahwa daerah pesisir di Kecamatan Sayung yang terkena banjir rob pada ketinggian 0,25 m adalah Desa Sriwulan, Desa Surodadi, Desa Bedono dan Desa Timbulsloko
Namun saat ini, tidak hanya empat desa yang disebutkan tadi yang berada di utara jalur pantura. Kini abrasi dan banjir rob mulai melanda desa-desa di wilayah selatan jalur Pantura, salah satunya Desa Tambakroto. Berdasarkan pengamatan di lapangan oleh Kontributor Gatra, setidaknya ada ratusan hektar lahan persawahan di Blok Balong, Sigagar, serta Sikalong di Desa Tambakroto yang saat ini penuh dengan air serta setara dengan talut jalan. Akibatnya lahan persawahan sudah tidak bisa digunakan oleh warga dan petani untuk dijadikan sebagai sumber mata pencaharian di sektor pertanian.
Salah seorang warga Desa Tambakroto, Sumadi menyatakan jika situasi ini tidak terlepas karena abarasi pantai Pesisir Sayung. Kondisi ini diperparah oleh pembangunan tol, karena pintu gorong-gorong jalan air kembali ke laut sudah tidak ada tertimbun urugkan dan tiang pancang tol.
“Banyune saiki,iso mlebu ura iso metu mas, dalane banyu mbalik wes ura ono, keno urug bangunan tol. (Air saat ini, bisa masuk tidak bisa keluar, jalan kembalinya air ke muara laut sudah tidak ada, terkenan timbunan pembangunan tol),” ungkap Sumadi (9/4).
Sementara itu, salah seorang warga Tambakroto lainnya, Nur Hasim menambahkan, tidak hanya lahan persawahan yang terdampak, pemukiman warga Desa Tambakroto utamanya Dusun Pentalan juga terancam tergenang karena saat ini air telah mulai masuk di jalan pemukiman warga.
“Bagaimana ini? Jalan keluar air tidak ada dan air sudah mulai masuk Dusun Pentalan, ini diperparah karena pembangunan jalan tol,” Keluh Nur Hasim.
Salah seorang tokoh masyarakat lain yang tidak ingin disebut namanya berinisial S, mengusulkan jika ingin memfungsikan kembali lahan persawahan dan tangulangi banjir maka perlu aktifkan kembali jalan atau tanggul yang menghubungkan antara Blok Balong hingga Blok Sikalong. Selanjutnya disiapkan rumah pompa untuk menyedot air dari persawahan kemudian dialirkan ke Sungai Dombo yang langsung mengarah ke laut di Morosari Bedono Sayung.
“Kami kira perlu ada perhatian dari wakil rakyat (red_Anggota DPR/DPRD) baik di Kabupaten, Provinsi hingga pusat. Penanganan ini butuh sinergi semua stakeholder, semoga kedepan lekas ada langkah konkret agar tertangani," tuturnya.