Yogyakarta, Gatra.com – Menjadi penceramah salat tarawih di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu malam (6/4), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo disambut spanduk protes simpatisan Wadas.
Spanduk muncul sesaat setelah Ganjar mulai memaparkan materi khotbah yang berjudul ‘Menuju Efektivitas dan Efisiensi Birokrasi di Indonesia’. Spanduk juga kembali dibentangkan saat Ganjar meninggalkan lokasi acara.
Tiga spanduk itu masing-masing berada di sisi selatan masjid yang tertulis ‘Gusti Berkahi’, di sisi tengah ‘Save Wadas’, dan di sisi utara ‘Kelestarian Alam Bagian dari Iman’.
Salah satu pembentang spanduk, Umar, mengatakan bahwa aksi ini sebagai bentuk simbolik dari sejumlah individu terhadap konflik agraria di Desa Wadas, Purworejo, yang menjadi lokasi penambangan batu untuk Bendungan Bener.
“Ini solidaritas kami kepada masyarakat Wadas yang terkena represifitas hingga saat ini. Masyarakat belum mendapatkan kepastian dari pemerintah. Kita juga tidak ingin teriak. Kami hanya ingin isu Wadas terus bergulir,” kata Umar.
Menurutnya, pembentangan spanduk itu sebagai bentuk dukungan agar suara warga Wadas yang menolak pertambangan benar-benar diperhatikan. Umar meyakini penambangan batuan andesit bakal merugikan warga Wadas.
“Kami ada yang dari mahasiswa maupun pekerja dan tidak mewakili siapapun. Pure (murni) solidaritas untuk Wadas. Saya menilai tanggapan yang diberikan Ganjar tadi hanya formalitas dan sekadar mengapresiasi,” ucapnya.
Saat spanduk muncul, Ganjar sempat menghentikan khotbahnya. Ia mengutarakan bahwa dirinya memperhatikan spanduk tersebut, bahkan mempersilakan tetap dibentangkan.
"Ada yang bawa spanduk, mungkin mau menuliskan. Diangkat juga saya tidak apa-apa karena itu bagian dari exercise politik. Diangkat aja mas enggak apa-apa. Ini bagian dari salat tarawih yang sangat menarik di UGM. Inilah demokrasi," kata Ganjar disambut tepuk tangan jemaah.
"Saya sangat senang dengan kekritisan kawan-kawan dan inilah diskusi yang selalu terbuka untuk mendewasakan kita semuanya," ujarnya.