Home Kalimantan MI Lebih Diminati, 96 SD di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Terancam Tutup

MI Lebih Diminati, 96 SD di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Terancam Tutup

Barabai, Gatra.com - Sebanyak 96 Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Provinsi Kalimantan Selatan dalam tiga tahun terakhir kekurangan siswa.

Akibatnya, sekolah terancam ditutup karena berdasar Permendikbud Nomor 6 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasi Sekolah (BOS) Reguler temaktub bahwa satuan pendidikan (sekolah) minimal memiliki sedikitnya 60 siswa.

Plt Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten HST, Muhammad Anhar mengungkapkan, SD yang kekurangan siswa yakni 10 SD di Kecamatan Barabai, 12 SD di Kecamatan Batang Alai Selatan (BAS), lima SD di Batang Alai Timur (BAT), lima SD di Batang Alai Utara, tiga SD di Kecamatan Batu Benawa, 13 SD di Kecamatan Haruyan, 10 SD di Kecamatan Labuan Amas Selatan, dan 13 SD di Kecamatan Pandawan, dan terakhir tiga SD di Kecamatan Limpasu.

“Memang, berdasar persyaratan dalam Permendikbud Nomor 6 Tahun 2021 begitu. Namun, hingga kini, kami belum ada keputusan untuk menutup SD, sebab masih dalam kajian,” ujarnya kepada Gatra.com di Barabai, Selasa (5/4).

Anhar menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan SD kekurangan siswa, salah satunya program Keluarga Berancana (KB) di HST berjalan dengan sukses. Dari pemantauan yang dilakukan di beberapa desa, ternyata anak-anak usia sekolah dasar memang tidak terlalu banyak.

"Faktor kedua, orang tua siswa lebih cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) karena lebih banyak pelajaran agamanya dibanding bersekolah di SD," ucapnya.

Anhar berujar, masyarakat HST selama ini memang terkenal religius. Itu bisa dilihat dengan semakin banyaknya pengajian-pengajian dan majelis taklim yang bermunculan. "Bahkan untuk pondok pesantren di HST setiap tahun selalu bertumbuh," cetusnya.

Tak hanya di pedesaan, beber Anhar, SD yang kekurangan siswa juga terdapat di perkotaan. Opsi yang bisa ditempuh adalah menggabungkan beberapa SD menjadi satu agar siswanya dalam satu sekolah minimal 60 orang.

"Kalau di daerah terpencil misalnya di pegunungan Meratus, kita tidak akan menggabungkan SD yang kekurangan siswa, karena siswanya memang kurang dari awal sekolah berdiri," ujarnya.

296