Home Gaya Hidup Kisah Polisi Penerbang Melanglang Angkasa Nusantara

Kisah Polisi Penerbang Melanglang Angkasa Nusantara

Jakarta, Gatra.com- Dibuka dengan cerita pengalamannya menerbangkan pesawat Aero Commander 680 FL yang selesai overhaul di Singapura, dan akan dibawa pulang ke Jakarta, buku berjudul Bhayangkara Penjelajah Angkasa ini langsung menarik perhatian pembacanya saat membuka bab pertama.

Kisahnya memang dramatis, sang Captain Pilot, John Brata waktu itu ternyata menghadapi masalah serius, sehingga ia tak bisa membawa pesawat itu pulang. Di atas rawa-rawa di dekat Palembang, pesawat itu mengalami mati mesin.

Ia pun harus mendarat darurat. Sebuah pengalaman yang menegangkan. Dan ini baru sepenggal pengalaman dari John Brata, purnawirawann polisi yang kenyang dengan dunia kedirgantaraan.

Ada 81 bagian, dari 300 lebih tulisan yang ia terbitkan di situs jurnalisme warga Kompasiana yang mengisi buku ini. Pemilihan 81 bab ini memang untuk menyambut usianya yang menginjak 8 tahun pada Februari lalu.

Namun baru Jumat 1 April lalu, Kolonel Polisi (Pur) John Brata meluncurkan bukunya itu yang memang penuh berisi informasi. Peluncuran itu juga digelar istimewa, yaitu diadakan di Markas Komando Direktorat Kepolisian Udara, Lapangan Terbang Pondok Cabe, Tangerang Selatan.

Tidak hanya soal ilmu penerbangan, pilot atau kedirgantaraan, John yang sudah mencatat 36 ribu jam terbang ini juga menuangkan pendapatnya soal masalah-masalah sehari-hari di dunia penerbangan.

Seperti soal keselamatan penerbangan, alasan penumpang harus selalu memakai sabuk pengaman, masalah keamanan bagasi, hingga soal sejak kapan pintu kokpit harus selalu tertutup saat take off dan landing.

Ia juga memberi urun rembug terkait masa depan industri masa depan industri penerbangan. Saat ia mengritik kesalahan kelola pada perusahaan pesawat IPTN. Atau juga kurang cakapnya manajemen Merpati Nusantara yang salah langkah dalam penentuan kebijakan korporasi.

Pengalaman Jhon saat di tugaskan di Papua, memberinya pandangan menyeluruh soal karakteristik penerbangan yang harusnya jadi pertimbangan maskapai perintis bila ingin tetap bertahan.

Bahasa yang dipakai John dalam bertutur di buku ini, selain memakai bahasa populer, dan kadang ada kutipan yang jenaka, membuat pembaca tak akan lelah menggali informasi yang disuguhkan di buku ini.

Apalagi dalam setiap bab, panjang halaman tak lebih dari lima halaman, cocok bagi pembaca kiwari yang kadang tak memiliki banyak waktu untuk membaca artikel-artikel panjang.

Secara keseluruhan, buku ini bisa menjadi rujukan bagi pilot, atau pegiat kedirgantaraan untuk mengetahui berbagai hal terkait teknik kedirgantaraan. Di sisi lain, publik yang awam juga bisa belajar dari buku ini mengenai penerbangan dan segala hal yang menjadi aturan di dalamnya.

 

759