Yalimo, Gatra.com- Aksi keji yang menewaskan bidan Sri Lestari Indah Putri, 32 tahun, dan Sertu Eka Andriyanto, Hasugian, 27 tahun, mengguncang kemanusiaan. Sri yang bertugas 'memelihara kehidupan' meninggal di tangan sekelompok anggota masyarakat yang sebenarnya sangat dicintainya.
Sri tewas dibacok, suaminya ditembak. Tidak berhenti di situ, satu dari dua anaknya yang berumur 3 dan 4 tahun kehilangan jari tangan akibat peristiwa itu. Kelompok bersenjata yang menamakan diri Tentara Pembebasan Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menjadi tertuduh.
Tudingan itu dibantah juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom. "Pembunuhan anggota TNI dengan istrinya di Kabupaten Yalimo itu bukan oleh anggota TPNPB. Kami menolak tuduhan itu," katanya, 02/04.
Menurut dia, di Yalimo tidak ada kelompok kriminal. "Karena dari sejak nenek moyang sampai hari ini tidak ada kriminal, apa lagi maling kecil pun tidak ada," katanya.
"Yalimo itu negeri yang damai dan aman, dalam hal ini anda bisa tanya orang yang kerja di Yalimo, mereka pasti akan mengatakan bahwa orang Yali di Kabupaten Yalimo itu orang baik-baik dan tidak ada pencuri," tambahnya.
"Dan Kami dari sejak tahun 1960, Misionaris orang Belanda yang didik kami, dan orang-orang Misionaris ini tinggalkan Yalimo tahun 2011," katanya.
"Perlu diketahui bahwa dari sejak tahun 1960-2009 kami tidak tahu Pemerintah Indonesia, karena semua sistem Pembangunan di ajarkan oleh orang Belanda, dulu kami punya Yayasan besar yaitu YAKPESMI (Yayasan Kristen Pelayanan Sosial Masyarakat) yang sponsor (sumber dana semuanya dari Belabda)," katanya.
Sebby mengakui bahwa di Yalimo ada TPNPB-OPM. "Saya, Sebby Sambom, orang Yali dari Yalimu, maka saya mau sampaikan bahwa di Yalimo ada TPNPB. Yaitu Kodap Yaligem," katanya.