Home Nasional Menko PMK: Perpustakaan Harus Hadir hingga Pelosok Negeri

Menko PMK: Perpustakaan Harus Hadir hingga Pelosok Negeri

Jakarta, Gatra.com – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menyampaikan, perpustakaan harus hadir hingga ke seluruh pelosok negeri untuk meningkatkan literasi rakyat Indonesia.

Muhadjir dalam keterangan tertulis yang diterima Gatra.com pada Rabu (30/3), menyampaikan, harus sampai pelosok negeri ini karena untuk itu pemerintah telah menganggarkan dana perpustakaan melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Salah satu caranya, lanjut Muhadjir ketika membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Bidang Perpustakaan 2022 di Jakarta pada Selasa (29/3), mengatakan, perpustakaan bergerak (mobile) harus terus dijalankan, apalagi peta jalan literasi saat ini masih belum berjalan maksimal karena efek Covid-19 ini sangat terasa.

Digitalisasi perpustakaan bukan lagi menjadi pilihan tapi sudah menjadi keharusan atau keniscayaan. Sebagai induk dari seluruh bentuk perpustakaan di Indonesia, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) harus membangun ekosistem nasional untuk mentransformasi keberadaan perpustakaan menjadi sumber belajar.

“Tingkat keberhasilan perpustakaan itu tak lagi berapa banyak yang berkunjung atau minjam buku, tapi setelah dia datang ke perpustakaan, apa produk atau output yang dihasilkan,” katanya.

Menurut Muhardjir, tantangan terbesar bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan perpustakaan digital dan literasi digital adalah Indonesia masih memiliki kesadaran aksiologis yang cukup rendah di dalam ruang interaksi digital.

“Karena tidak selektif, maka dunia maya kita kemudian memengaruhi aura nasional kita memiliki aura kegelapan, penuh dengan hiruk-pikuk yang tidak mendukung ke arah kemajuan dan kewibawaan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Ia menggarisbawahi bahwa di era digital ini, kebenaran tak lagi datang mutlak dari sebuah sebuah temuan yang bisa dipertanggungjawabkan secara prosedural yang bisa dipertahankan secara profesional.

Saat ini, kata Muhadjir, kebenaran datang dari seberapa banyak pengikut atau follower-nya, berapa yang like, dan berapa yang unggah (upload) ulang. “Kita bisa jadi tidak waras karena meladeni orang-orang tidak waras [di media sosial],” katanya.

Menurutnya, masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini adalah seputar perilaku masyarakat di dunia maya. “Sekarang problemnya justru nilai. Problem aksiologi. Karena itu sekarang harus pandai betul memilih bahan belajar. Karena bahan belajar itu tersedia begitu sangat lengkap, bahkan bercampur aduk dengan sampah,” katanya.

Kegagalan banyak orang dalam belajar adalah kegagalan memilah informasi yang tepat, terutama dari handphone masing-masing. “Tugas kita sekarang adalah bagaimana bisa mengais dan mencari informasi yang bernilai dalam bak sampah, terutama sampah virtual,” ujarnya.

Menurutnya, poin-poin tersebut menjadi tugas Perpustakaan Nasional (Perpusnas), perpustakaan daerah (Perpusda), para pustakawan, dan seluruh pegiat literasi untuk membentuk isi kepala seluruh rakyat melalui gerakan literasi yang begitu masif digalakkan oleh Perpusnas.

“Pustakawan adalah penanggung jawab peradaban bangsa. Kalau mau menghancurkan peradaban sebuah bangsa, hancurkan perpustakaannya. Kalau kita ingin membangun peradaban suatu bangsa, bangunlah perpustakaannya,” katanya.

Ia menyampaikan bahwa untuk mewujudkan manusia yang berkualitas dan berdaya saing, maka pembangunan manusia harus didasarkan pada layanan dasar dan perlindungan sosial, peningkatan produktivitas, dan pembentukan karakter.

Dalam era digital ini, arus informasi sudah sangat mudah dijangkau, bahkan dunia mengalami kelimpahruahan sumber-sumber belajar, dan begitu mudahnya untuk mengakses sumber belajar itu.

Muhadjir yang didaulat menjadi pembicara kunci dan membuka Rakernas bertajuk “Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional” didampingi Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, mengharapkan target yang direncanakan pemerintah melalui RPJMN juga bisa terealisasi secepatnya.

Rakernas Perpustakaan ini digelar secara hybrid, dengan peserta yang hadir secara luring (tatap muka) sekitar 750 orang, dengan peserta terbanyak sekitar 10.000 orang hadir secara daring.

Peserta luring yang hadir di Hotel Bidakara terdiri dari kepala Dinas Perpustakaan Provinsi dan Kabupaten/Kota, ketua Forum Perpustakaan/Penerbit Pengusaha Rekaman, dan pihak-pihak yang telah melakukan kerja sama dengan Perpusnas selama ini.

83