Home Hiburan Pameran Tunggal Zico Albaiquni: Dari Jeprut hingga Colonial Gaze

Pameran Tunggal Zico Albaiquni: Dari Jeprut hingga Colonial Gaze

Jakarta, Gatra.com - Yavuz Gallery mempersembahkan "Tilem. Disruptive Liminalities", sebuah pameran tunggal perdana Zico Albaiquni di Jakarta. Pameran ini ditampilkan di tempat multifungsi baru, yaitu Spac8 (baca: space 8) di ASHTA District 8, Jakarta dari 30 Maret – 8 Mei 2022.

Pameran ini memperlihatkan kekaryaan baru dari Zico, seorang seniman yang berasal dari Bandung yang menyoroti dan mengartikulasikan hierarki dan binari kolonialitas, berkaitan dengan kanon sejarah seni rupa Indonesia.

"Dalam setiap karyanya, Zico selalu menyinggung berbagai isu lingkungan, kolonialisme, dan sejarah seni rupa Indonesia," tutur kurator pameran, Sadiah Boonstra, di Spac8, Jakarta, Senin (28/3).

Dikenal dengan palet warnanya yang terang serta menguji hegemoni narasi akan representasi dan interpretasi, dalam "Tilem. Disruptive Liminalities", karya-karya Zico merujuk pada seni rupa Indonesia dengan praktik dan mahzabnya, serta nilai-nilai dan spiritualitas Sunda.

Lukisan berjudul The Golden Coach From The Golden Land karya Zico Albaiquni. (Gatra/Hidayat Adhiningrat)

Zico mendekonstruksi dan membongkar artistik seni rupa dan praktik kepameranan internasional melalui komposisi dan proses unik image-making-nya. Ia melakukan tumpukan pada gambar-gambar arsip imperial dan melakukan re-imajinasi narasi Indonesia.

Zico mengatakan untuk menggarap lukisannya, ia menggunakan metode image-making. "Saya melihat proses image-making itu seperti print baliho yang ada di mana-mana. Kalau sudah mulai dipakai, saya mencoba untuk menggunakan medium print dari banyak arsip sejarah dan komposisi di dalamnya," katanya.

Ia mencetak gambar tersebut lalu menimpanya dengan pigmen yang ada. Hasilnya adalah berbagai lukisan dengan multilayer. Mulai dari gerakan jeprut hingga perspektif colonial gaze yang masih menaungi pikiran dari kaum kolonial kepada negeri bekas jajahannya.

Seringnya merujuk pada seni rupa dan seniman Indonesia telah menjadi ciri khas pada pratik kekaryaan Zico. Kekaguman Zico pada Jeprut, sebuah gerakan seni performans asal Bandung, terlihat jelas pada karya-karya ini yang berfungsi sebagai bentuk penghormatan kepada seniman terdahulu yang menantang status quo.

Pameran ini dapat dilihat sebagai sebuah proses untuk menyembuhkan luka kolonial dengan membongkar praktik dan struktur yang lampau. Karya-karya terbaru ini yang mengedepankan praktik dan sejarah seni rupa Indonesia dan nilai-nilai kesundaan, membukakan arah yang baru dan yang kurang terjelajahi. Karya-karya ini pula dapat dilihat sebagai liminalitas yang memungkinkan pembacaan yang berbeda dari masa lalu dan memberikan visi untuk masa depan yang mungkin lebih setara.

832