Karanganyar, Gatra.com- Tradisi Sadranan dj Makam Krendowayah di Desa Tuban Gondangrejo, Karanganyar Jateng lebih tertata rapi. Dibentuk kepanitiaan untuk melayani konsumsi, akomodasi, dan edukasi bagi peziarah dalam rangka wisata religi itu.
Pada sadranan tahun ini, panitia sengaja memajukan jadwal ziarah dari semula tiap tanggal 25 Sya'ban menjadi 24 Sya'ban atau bertepatan 28 Maret 2022. Peziarah dan latar asal luar kota yang berakhir pekan di kampung halaman dapat membuat kegiatan itu dengan sadranan di hari Senin .
Menurut Kepala Desa Tuban, Aris Santoso, sadranan di Makam Krendowayah sudah berlangsung sejak nenek moyangnya. Tradisi itu sampai anak cucu. Waktu pelaksanaan Ramadhan.
"Tetap kita lestarikan dan fasilitasi kegiatan sadranan ini. Maknanya mendalam. Silaturahmi, talabul ilmi dan bersedekah," katanya kepada Gatra.com, Senin (28/3).
Hampir seribu peziarah berkumpul di pelataran makam sesepuhnya. Mereka berasal dari Dusun Tuban Lor, Tuban Kidul dan Tuban Kulon. Warga dari tiga dusun itu memakamkan keluarganya yang sudah meninggal di Makam Krendowayah. Lahan makam milik desa itu masih cukup luas. Aris menyebut masih bisa dilebarkan lagi ke areal persawahan berukuran 1.500 meter persegi.
Di makam itu pula terdapat kuburan para pendiri desa, Mbah Drani namanya. Sekitar setahun yang lalu, Makam Mbah Drani dan istri baru saja ditandai dengan prasasti agar para penerusnya tahu sejarah perjuangan pasangan itu dalam sebuah komunitas masyarakat.
Lebih lanjut dikatakan, sadranan pada tahun ini lebih tertata. Mereka yang berziarah difasilitasi kepanitiaan oleh tiga dusun itu. Pemdes telah menerbitkan SK kepengurusan makam tersebut.
"Tiga dusun ini secara bergantian menyediakan makan minum, kajang, dan mengisi acara. Di sini juga ngaji. Ada tahlilan dan siraman rohani dari Ustaz Habib Yahya Ponpes Boyolali," katanya.
Ia sedihranan makam Krendowahono jauh dari perbuatan syirik. Para peziarah memuji arwah dan mengingat bahwa kematian sangat dekat. Waktu hidup di dunia yang singkat sehingga harus dimanfaatkan menimba pahala. Tak ada niatan menyekutukan Sang Khalik di prosesi ziarah makam. Setelah berdoa bersama, kemudian menabur bunga ke kuburan. Baru kemudian menyantap makanan yang telah disediakan.
"Jika ada yang enggak sepaham dengan sadranan, jangan membuat masalah. Insya Allah saling toleransi, bakal tercipta kerukunan," katanya.
Sadranan Makam Krendowayah juga dihadiri sejumlah tokoh masyarakat seperti Ketua DPD Partai Golkar Karanganyar, Ilyas Akbar Almadani dan Anggota DPRD Karanganyar Suwarni. Ilyas mengatakan dirinya berziarah makam leluhurnya di sana.