Banyumas, Gatra.com – Komunitas Kejawen di Panembahan Banokeling, Banyumas menggelar puncak ritual punggahan dengan penerapan protokol kesehatan (prokes). Pasalnya, jumlah peserta tidak dibatasi seperti rencana sebelumnya.
“Di desa ya tetap aman. Tapi karena aturan pemerintah belum diperbolehkan dilakukan secara bebas ya, kami berusaha melakukan aturan,” kata Juru Bicara Komunitas Adat Banokeling, Sumitro.
Dia mengatakan pada Jumat, ritual punggahan dimulai dari penyembelihan hewan yang dibawa oleh anak putu dari masing-masing wilayahnya, seperti kambing, sapi atau ayam.
Hewan ini kemudian dimasak bersama-sama, sebelum prosesi bekten atau ziarah di panembahan. Setelah bekten, anak putu akan mengikuti prosesi muji atau mendoakan leluhur dan setelahnya slametan atau makan bersama.
Terkait persiapan, Sumitro mengatakan tahun ini jumlah pelayan lebih banyak karena tamu yang datang juga lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.
Dalam pelaksanaannya, komunitas adat mengimbau agar tiap peserta taat protokol kesehatan. Di antaranya, berusaha tidak berkerumun dan mengenakan masker.
“Kalau persiapan ya, persiapan tamunya banyak, termasuk juga pelayannya. Termasuk perantauan juga pada pulang. Kan begitu,” ujarnya.
Diketahui, ritual Punggahan jelang Ramadan tahun ini diikuti oleh seribuan anak putu dari berbagai daerah. Mereka merupakan keturunan Kiai Banokeling, dan disebut anak putu.
Peserta terbanyak berasal dari Banyumas dan Cilacap. Dari Cilacap, secara rutin sejumlah kelompok mengikuti ritual ini. Di antaranya, anak putu Kalikudi, Adiraja, Daun Lumbung, dan Pekuncen Kroya.
“Ya kalau di sini, termasuknya tidak ada apa-apa. Kita mengikuti aturan saja. Di desa-desa tidak ada bicara tentang Corona,” jelasnya.