Yogyakarta, Gatra.com - Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengungkaplan tingkat kebugaran masyarakat Indonesia berada di situasi kritis. Dari dua ribu pemuda pelajar sekolah menengah atas yang diteliti, hanya didapati lima orang yang bugar.
“Jika hal ini dibiarkan, maka para pemuda ini dalam konteks bonus demografi akan menjadi beban. Sebab dipastikan rendahnya tingkat kebugaran fisik tidak akan menghasilkan prestasi apa-apa,” katanya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (25/3).
Karena itu, dalam desain besar bidang kepemudaan yang tengah disusun Kemenpora, Amali menyatakan keterlibatan perguruan tinggi dalam hal penelitian tentang kepemudaan dan olahraga sangat penting untuk menentukan kebijakan apa yang akan diambil.
Bersama dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM menjalin kerjasama dalam bidang kajian dan penelitian soal kepemudaan yang akan berlangsung dalam empat tahun kedepan dan bisa diperpanjang.
“Menyoal kebugaran pemuda, dari penelitian sebuah perguruan tinggi di Jawa Tengah. Dari dua ribu siswa kelas XII, ternyata hanya lima siswa yang memiliki tingkat kebugaran baik. Kira-kira inilah gambaran masyarakat kita,” ujar Amali di sambutannya.
Secara umum, Menpora meilai berdasarkan para ahli kesehatan, tingkat kebugaran masyarakat Indonesia sangat rendah. Dari uji ukur sederhana, rata-rata masyarakat dalam sehari hanya menempuh 3.500 langkah bahkan kurang. Padahal untuk mencapai kebugaran yang ideal, para ahli menyatakan setiap hari minimal 7.000 langkah.
Kondisi ini diperparah dengan capaian indeks pembangunan pemuda yang mengalami penurunan selama masa pandemi Covid-19 karena tidak banyak program kegiatan kepemudaan yang bisa dilaksanakan.
Seperti diketahui, capaian nilai capaian nilai Indeks Pembangunan Pemuda Indonesia pada 2020 sebesar 51,00 atau turun sebesar 1,67 poin dari tahun 2019. Padahal target nilai IPP Indonesia di tahun 2024 sebesar 57,67.
Kedepan, dengan rendahnya tingkat kebugaran para pemuda, Amali khawatir saat bonus demografi nanti tercapai para pemuda ini tidak mampu mengisi pasar kerja karena fisiknya tidak bugar. Kondisi ini juga memberi sinyal bahaya pada perguruan tinggi, kebugaran para pemuda akan berpengaruh pada penyelesaian kuliah.
“Ada yang salah dalam sistem kesehatan kita. Dulu di sekolah SD-SMP ada senam kebugaran, tapi sekarang tidak ada. Gerakan semacam inilah yang akan kita dorong dengan melibatkan perguruan tinggi untuk meneliti dan memberikan rekomendasi,” paparnya.
Melalui kajian kepemudaan dan pelatihan serta pemberdayaan yang dilakukan bersama dengan perguruan tinggi, terutama UGM. Diharapkan bisa mendorong pemuda yang jumlahnya 25 persen dari total penduduk Indonesia lebih kreatif, inovatif, mandiri, memiliki daya saing dan kemampuan berwirausaha.
Rektor UGM Panut Mulyono menyambut baik kerja sama pendidikan, penelitian serta pemberdayaan kepemudaan dan olahraga. Panut menginginkan kerjasama ini akan mendorong kegiatan kepemudaan dan mendorong capaian prestasi olahraga di tingkat internasional.
“Olahraga tidak lagi menjadi sarana menjaga kesehatan dan kebugaran saja. Namun olahraga menjadi alat diplomasi untuk bersaing dengan yang lain,” tandasnya.