Jakarta, Gatra.com – Tulola Jewelry yang didirikan oleh Sri Luce Rusna, Happy Salma, dan co-founder Franka Franklin Makarim meluncurkan karya teranyarnya, Pustaka Tulola: Ketenangan Jiwa hasil keja sama dengan seniman ukir keris asal Desa Taro, Gianyar, Bali, I Made Pada.
Happy Salma dalam konferensi pers peluncuran Pustaka Tulola dengan koleksi teranyar bertajuk Ketenangan Jiwa di Savyavasa, Jakarta, Kamis (24/3), menyampaikan, Pustaka Tulola merupakan upaya untuk mengembangkan dan memberikan kesegaran pada seni kreatif perhiasan berbasis budaya.
“Tujuannya agar kekayaan motif dan teknik warisan Nusantara tidak punah dan terlupakan oleh zaman,” katanya.
Melalui Pustaka Tulola, lanjut Sri Luce Rusna, pihaknya memberikan ruang kepada para seniman untuk mendapatkan kebaruan kreativitas, pelatihan, serta panggung apresiasi terkini dalam presentasi karya dari ruang lingkup terbatas menuju publik yang lebih luas.
Sementara itu, Franka mengatakan, pihaknya mengharapkan Pustaka Tulola dapat terus berkontribusi secara berkelanjutan. Tidak hanya melestaikan budaya dan keterampilan para seniman mumpuni namun juga memberikan napas baru melalui kolaborasi bersama.
I Made Peda menjelaskan, dalam jiwa yang tenang dan sabar saat bekerja, pasti menghasilkan karya seni yang baik. Hasil karya itu akan membuat nyaman pemakainya karena vibrasi pikiran tercurah di dalamnya.
Kolaborasi pria pembuat pendok Pulau Dewata dengan Pustaka Tulola ini berawal ketika Happy Salma bertemu I Made Pada dalam kegiatan adat di Bali. Kemudian, Happy mengajak Sri berkunjung ke studio I Made Pada dan terjalinlah kolaborasi.
Selain seorang empu, I Made Pada juga memiliki keahlian seni ukir emas dan perak untuk perhiasan barong suci, keris, dan pratima. Dia juga merupakan pembuat pendok terbaik di Bali.
Kolaborasi I Made Pada dengan Pustaka Tulola ini menghasilkan keris nan indah. Tiga keris karya I Made Pada ditampilkan. Ketiga Keris Tangguh Kamardika tersebut sebagai sumber inspirasi penciptaan
Pengerjaannya dilakukan secara bertahap di dua studio, yakni studio milik I Made Pada dan Studio Tulola di Desa Celuk, Gianyar. Pengerjaannya murni dilakukan menggunakan tangan (hand made). Pembuatannya memerlukan waktu sekitar 3 pekan untuk setiap produknya.
I Made Pada secara khusus memilih batu ruby dan orange crystal untuk ditambahkan pada koleksi anting. Adapun pengerjaan di studi Tulola, adalah proses pelapisan emas 18 karat dan penambahan mutiara, batu white crystal, dan batu amethyst.