Wuzhou, Gatra.com – Turunnya hujan di wilayah China selatan pada hari Rabu menghentikan pencarian korban dan kotak hitam pesawat China Eastern Airlines yang jatuh di lereng gunung, membawa 132 penumpangnya, pada Senin lalu.
Reuters, Rabu (23/3) melaporkan turunnya hujan dikhawatirkan dapat menimbulkan tanah longsor dan membahayakan petugas penyelamat mencari korban di lokasi yang memang sulit dan berada di hutan lebat.
Kondisi cuaca yang basah diperkirakan akan berlangsung selama beberapa minggu ini.
Maskapai China Eastern dengan penerbangan MU5735 sedang dalam perjalanan dari barat daya kota Kunming, ibu kota provinsi Yunnan, ke Guangzhou di provinsi Guangdong, yang berbatasan dengan Hong Kong. Pesawat jenis Boeing 737-800 itu tiba-tiba menukik jatuh dari ketinggian.
Penyebab kecelakaan di pegunungan wilayah Guangxi itu memang belum diketahui. Otoritas penerbangan mengatakan bahwa penyelidikan masih sulit dimulai karena kerusakan parah pada pesawat yang tidak utuh lagi.
China selama ini membuat langkah besar meningkatkan standar keselamatan udara selama dua dekade. Namun, kejadian pada hari Senin itu adalah kecelakaan besar pertama dalam beberapa tahun terakhir.
Akibat kejadian tersebut, regulator penerbangan China melancarkan inspeksi selama dua pekan terhadap semua sektor yang melibatkan pemeriksaan pada biro kontrol lalu lintas udara regional, perusahaan penerbangan, dan lembaga pelatihan penerbangan untuk kembali memastikan kondisi pesawat laik jalan.
Sejak kecelakaan tersebut, maskapai China Eastern dan dua anak perusahaannya telah mengandangkan armada lebih dari 200 jet Boeing 737-800. Tercatat pesawat jet komersial terakhir yang jatuh di daratan China pada tahun 2010. Ketika itu sebuah jet regional Embraer E-190 yang diterbangkan oleh Henan Airlines, jatuh.
Wakil Perdana Menteri Liu He mengadakan pertemuan pada hari Selasa dan mendesak pejabat yang berkompeten untuk berusaha keras mencari korban yang belum juga ditemukan.
Para pejabat juga diinstruksikan untuk merilis informasi “sesuai dengan prinsip-prinsip ketepatan waktu, akurasi, keterbukaan dan transparansi,” menurut laporan media pemerintah.
Kecelakaan ini terjadi ketika Boeing berusaha memulihkan nama baiknya setelah beberapa tahun krisis, selain akibat pandemi virus corona pada perjalanan udara, juga masalah keamanan atas pesawat jenis 737 MAX, yang belum diberi izin setelah dua kecelakaan mematikan.
China Eastern juga menghadapi kerugian yang semakin dalam dan saat ini berlangsung pengawasan keselataman penerbangan yang lebih ketat pasca kecelakaan itu.