Cilacap, Gatra.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau agar masyarakat yang tinggal di sekitar pegunungan tengah Jawa, di wilayah Jawa Tengah mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi beberapa hari ke depan.
Prakirawan Pos Pengamatan Meteorologi Tunggul Wulung, Rendi Krisnawan mengatakan ada potensi cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai petir atau angin kencang yang dapat memicu bencana tanah longsor, banjir bandang, atau puting beliung.
“Di sekitar pegunungan tengah Jawa. Ada potensi hujan deras disertai angin kencang atau petir,” katanya.
Menurut dia, sejumlah wilayah di sekitar pegunungan tengah Jawa berisiko tinggi mengalami cuaca ekstrem. Di antaranya, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap sisi utara.
Rendi menjelaskan, masih terjadi gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat mencakup wilayah Samudera Hindia barat Sumatera dan Samudera Hindia barat daya Lampung hingga selatan Banten, perairan barat Bengkulu hingga barat Lampung, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Samudera Hindia selatan NTB-NTT dan Australia bagian utara yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur mencakup wilayah Samudera Hindia barat Aceh, Laut Andaman, sebagian besar Sumatera, Kep. Riau, Kep. Natuna, Kep. Bangka Belitung, Laut Cina Selatan, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Jawa, Selat Karimata, Laut Jawa, Bali dan NTB bagian barat menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Kemudian, gelombang dengan Low Frequency yang cenderung persisten terpantau di wilayah Laut Andaman, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Natuna Utara, Samudera Hindia barat Aceh hingga Kep. Mentawai, Perairan utara Aceh. Aceh, Sumatera Utara, Samudera Hindia barat daya Lampung hingga selatan Jawa Tengah, Banten bagian selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian selatan, Laut Sulu, Laut Sulawesi, Filipina, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian utara, Perairan Kep. Sangihe - Talaud, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, dan Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
Rendi melanjutkan, kombinasi antara MJO, gelombang Rossby, gelombang Kelvin, dan gelombang tipe Low Frequency pada wilayah dan periode yang sama yakni di wilayah Samudera Hindia barat Aceh, Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Banten bagian selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian selatan, Jawa Timur, Bali dan NTB bagian barat yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
Selain faktor di atas, suhu muka laut/Sea Surface Temperature (SST) dengan anomali +10C – +30C yang dapat meningkatkan potensi penguapan (penambahan massa uap air) yaitu di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Samudera Hindia selatan Jawa - NTT, Selat Madura, Laut Flores, Laut Bali, Selat Makassar, Teluk Bone, Teluk Tomini, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Sawu, Laut Timor, Laut Arafuru, Laut Halmahera, Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik utara Papua.
Selain itu, bibit Siklon Tropis 93S : Terpantau di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Timur - Bali, dengan kecepatan angin maksimum 30 knot. Sistem ini bergerak ke arah barat daya (menjauhi wilayah Indonesia) dan memiliki potensi untuk menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan pada kategori menengah.
Sistem ini membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari perairan sebelah selatan Jawa Barat hingga jawa Timur, dan di NTB serta low level jet hingga mencapai >25 knot di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Timur - Bali. Bibit siklon 93S ini mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah bibit siklon tropis dan di sepanjang daerah konvergensi/low level jet tersebut.