Kiev, Gatra.com - Rusia pada hari Minggu meminta pasukan Ukraina untuk meletakkan senjata mereka di kota pelabuhan timur Mariupol. Moskow mengingatkan akan "bencana kemanusiaan yang mengerikan" yang masih sedang berlangsung.
“Letakkan senjata Anda,” kata direktur Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia, Jenderal Mikhail Mizintsev, dalam sebuah pengarahan yang disebarkan kementerian pertahanan, dikutip Reuters, Senin (21/3).
“Bencana kemanusiaan yang mengerikan telah berkembang,” kata Mizintsev. “Semua orang yang meletakkan senjata dijamin bisa keluar dari Mariupol dengan aman,” tambahnya.
Kota Mariupol luluh lantak akibat serangan pemboman terberat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Banyak dari 400.000 penduduknya terperangkap di kota itu dengan sedikit persedian makanan, air, dan listrik.
Mizintsev mengatakan koridor kemanusiaan untuk warga sipil akan dibuka ke arah timur dan barat dari Mariupol pada pukul 10 pagi, waktu Moskow (0700 GMT) pada hari Senin.
“Ukraina memiliki waktu hingga pukul 5 pagi waktu Moskow untuk menanggapi tawaran koridor kemanusiaan dan meletakkan senjata,” katanya.
Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas kegagalan membuka koridor dalam beberapa pekan terakhir.
Mizintsev, tanpa memberikan bukti, mengatakan bahwa “bandit” Ukraina, “neo-Nazi” dan nasionalis telah terlibat dalam “teror massal”. Mereka melakukan pembunuhan besar-besaran di kota.
Adapun Ukraina mengatakan sedang berjuang mempertahankan Ibukota. Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada hari Sabtu bahwa pengepungan Mariupol adalah "teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang". Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia yang menurut Kremlin, sama dengan deklarasi perang ekonomi oleh AS dan sekutunya.
Mizintsev mengatakan Rusia tidak menggunakan senjata berat di Mariupol. Rusia telah mengevakuasi 59.304 orang ke luar kota meski 130.000 warga sipil masih tetap berada di sana. Dia mengatakan 330.686 orang telah dievakuasi dari Ukraina oleh Rusia sejak dimulainya "operasi".
Dewan kota Mariupol mengatakan melalui saluran Telegramnya pada Sabtu malam bahwa ribuan penduduk telah "dideportasi" ke Rusia selama seminggu terakhir.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang, membuat lebih dari 3 juta orang mengungsi dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan AS.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan untuk melucuti senjata dan "denazifikasi" tetangganya, itu.