Pekanbaru, Gatra.com - Warga di kota Pekanbaru mengkhawatirkan kenaikan lebih tinggi harga minyak goreng dalam kemasan menjelang lebaran.
Diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah mencabut aturan mengenai harga eceran tertinggi (HET) senilai Rp14.000 pada pekan lalu. Sebagai gantinya pemerintah menaikan HET untuk minyak goreng curah seharga Rp14.000 per liter.
Seorang ibu rumah tangga, Ranti (30), mengaku kaget mahalnya minyak goreng kemasan. Menurutnya lonjakan harga tersebut hanya menjadi beban tambahan di bulan ramadan nanti.
"Dua liter minyak kemasan tembus Rp40 ribu. Sementara harga daging sapi pas ramadan bisa sampai Rp110 ribu perkilogram. Itu belum termasuk kemungkinan naiknya harga cabe," katanya kepada Gatra.com, Senin (21/3).
Ranti sendiri mengaku masih bisa mencari minyak goreng curah seharga Rp14 ribu per liter di pasar. Namun, alasan mobilitas membuatnya lebih sering menyambangi minimarket ketimbang pasar.
"Kalau ke pasar kan biasanya sekali seminggu, itu pun cari minyak goreng juga sudah habis. Lagipula yang dekat dengan pemukiman itu minimarket," ujarnya.
Wakil Wali Kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi, meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru berkoordinasi dengan penyalur dan toko menyediakan minyak goreng. Menurutnya kordinasi tersebut penting mengingat harga minyak goreng kemasan diserahkan ke mekanisme pasar.
Politisi PKS ini akan membicarakan hal ini dengan Pemerintah Provinsi Riau.
"Saya akan berkoordinasi dengan Pemprov Riau untuk mengintervensi harga minyak goreng wilayah Riau. Pasalnya, Riau merupakan daerah penghasil minyak kelapa sawit," tegas Ayat.
Sebagai informasi, persoalan minyak goreng cukup sensitif di Riau. Pasalnya, sebagai sentra penghasil minyak sawit di Indonesia, Bumi Lancang Kuning sejatinya kaya akan bahan baku minyak goreng. Hal tersebut idealnya membuat minyak goreng tidak langka dan mahal.