Karanganyar, Gatra.com- Dua desa wisata siap mengawali geliat ekonomi kreatif di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada tahun ini. Lima desa wisata lainnya sedang disiapkan launchingnya.
Dua desa wisata yang telah dibuka adalah Desa Wisata Sewu Kembang di Kampung Nglurah, Kelurahan Tawangmangu dan Rumpun Ijo di Desa Matesih, Kecamatan Matesih. Sejauh ini sudah terdapat 24 desa wisata, dimana 22 diantaranya dikelola BUMDes dan dua lainnya pemerintah kelurahan.
Bupati Karanganyar Juliyatmono mendorong desa dan kelurahan di wilayahnya menggali potensi wisata di lingkungannya. Boleh jenis wisata alam, buatan maupun kuliner. Ia meyakini desa wisata yang dikembangkan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.
"Seperti halnya di Bali. Desa-desa di sana menjadi pusat kunjungan wisatawan manca maupun domestik. Ada desa UMKM, kuliner, etnik sampai alam. Yang dijual disana juga memenuhi standar. Menarik dikunjungi. Digarap dengan konsep," katanya kepada Gatra.com, Minggu (20/3).
Juliyatmono mengatakan pengembangan desa wisata ini bertujuan menarik lebih banyak pengunjung ke Kabupaten Karanganyar. Masing-masing obyek desa wisata memiliki karakteristik berlainan dengan lainnya. Sehingga pengunjung dapat memilih sesuai selera.
Kepala Bidang (Kabid) Destinasi Wisata pada Disparpora Karanganyar, Teguh Haryono, menambahkan, pada 2022 Pemkab meluncurkan tujuh desa wisata di Bumi Intanpari.
Untuk tahun ini dua yang sudah diluncurkan, yaitu Nglurah dan Matesih. Yang lima lainnya masih kami persiapkan,” imbuhnya.
Teguh belum menyebut lima desa itu, namun menurutnya desa itu berada di kawasan Candi Sukuh di Kecamatan Ngargoyoso, kawasan Candi Cetho di Kecamatan Jenawi, Kecamatan Tawangmangu, dan kawasan Waduk Gondang di wilayah Kecamatan Kerjo.
Pengembangan desa sebagai desa wisata ini merupakan upaya Pemkab dalam memberdayakan potensi yang ada guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
"Sehingga masyarakat desa tidak hanya jadi penonton tetapi jadi pelaku usaha pariwisata dan ikut menikmati kemakmuran hasil pembangunan wisata,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala Desa Matesih, Andrianto menyampaikan berdirinya Desa Wisata Rumpun Ijo ini diprakarsai oleh BUMDes. Selain itu, warga Matesih juga turut mendukung penuh terciptanya destinasi wisata baru ini.
Andrianto menambahkan bahwa, selain kegiatan di desa wisata, penanganan sampah di Desa Matesih juga masih dalam pengelolaan BUMDES. Dirinya menambahkan, pada tahun ini 70% sampah dikelola untuk budidaya maggot (sejenis belatung). Maggot sendiri bisa digunakan warga sebagai salah satu alternatif pakan ternak.