Batanghari, Gatra.com - Mendampingi kunjungan kerja Menteri Sosial Tri Rismaharini menuju pemukiman kelompok Suku Anak Dalam (SAD) rupanya jadi pengalaman berharga AKBP M Hasan.
Lelaki 41 tahun kelahiran Desa Sidokepung, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, perdana berbincang bareng anak-anak dan pria dewasa SAD sejak menjabat Kapolres Batanghari.
Hasan tak sadar dua bola matanya meneteskan air mata sewaktu jongkok di depan tiga anak perempuan SAD. Sembari menggenggam tongkat komando, keharuan penggila MotoGP ini bertambah jadi kala menatap polos wajah lawan bicaranya.
"Kecintaan anak-anak SAD Sungai Terap kepada Indonesia bikin saya haru. Mereka menancapkan bendera merah putih mini bergagang kayu sebelum saya ajak bicara. Ini kali pertama saya bertemu saudara sebangsa setanah air," kata Hasan kepada Gatra.com, Jumat (18/3) diruang kerjanya.
Ayah satu anak ini bilang kehidupan kelompok SAD masih sangat tradisional. Mereka benar-benar perlu perhatian khusus serta sentuhan-sentuhan dari pemerintah pusat, provinsi maupun pemerintah daerah.
"Kehidupan mereka harus bisa sederajat dengan kita, tidak ada diskriminasi, tidak ada perbedaan," ucap sulung lima bersaudara.
Alumnus Akpol 2002 mulanya bingung mendengar jawaban anak-anak SAD atas pertanyaan yang dia lontarkan. Wajar saja, mereka tak bicara menggunakan bahas Indonesia, melainkan bahasa rimba.
"Saya tanya umur anak-anak itu berapa, mereka bingung. Beruntung ada teman-teman KKI Warsi yang meneruskan komunikasi dengan mereka sekaligus menjawab pertanyaan saya," katanya.
Usai berbincang singkat dengan kelompok anak-anak, Hasan lalu menuju kumpulan kelompok lelaki dewasa SAD Sungai Terap. Senyum khas terpancar dari bibir mereka menyambut ramah ayunan langkah kaki Hasan.
"Mereka tak tahu kalau saya Polisi, mereka kaget bisa bertemu saya karena selama ini hidup di hutan. Selama berdiskusi dengan saya mereka terlihat ceria sambil ketawa-ketawa," ujar mantan Kasubdit 2 Harda Ditreskrimum Polda Jambi.
Kebutuhan paling mendesak kelompok SAD menurut Hasan adalah sembako. Ia melihat konsumsi makanan kelompok ini alakadar. Misalnya, ubi dan hasil buruan yang makin sulit diperoleh.
"Ketika diberikan nasi dengan lauk seperti telur, daging ayam dan makanan olahan di luar dari hutan, mereka lahap makannya dan senang dapat makanan enak," katanya.
Sehabis berbincang dengan SAD dewasa, Dosen Muda Akpol Lemdikpol 2013 tak mengira bisa membonceng Mensos Risma usai penamaan pohon dalam lingkungan pemukiman kelompok SAD. Padahal protokoler kementerian meminta Risma masuk mobil menuju lokasi Community Center.
"Bu Risma menolak naik mobil, beliau malah pingin naik motor bareng Kapolres. Perjalanan dari lokasi penanaman pohon ke community center berjarak 1,5 km," kata Hasan sumringah.
Ia mengaku santai membonceng Mensos Risma karena biasa melintasi medan tanah kuning sedikit berlumpur. Hal ini disebabkan olahraga trail adventure sudah mendarah daging bagi mantan Kasat Lantas Polres Palopo tajun 2010.