Home Nasional Nyadran Unik, dari Database Arwah hingga Kirim Doa Rp5000 untuk Vanessa Angel

Nyadran Unik, dari Database Arwah hingga Kirim Doa Rp5000 untuk Vanessa Angel

Bantul, Gatra.com - Tradisi nyadran dan mendoakan arwah lazim digelar sebagian besar umat Islam menjelang bulan Ramadan. Di Desa Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tradisi ini bertahan dengan memanfaatkan teknologi informasi sampai terbentuk database arwah.

Di tengah hujan dan cuaca dingin, bakda salat Isya, Rabu (16/3) malam, puluhan warga Padukuhan Kanggotan, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul, duduk bersila di Masjid At Ta’awun. Malam itu, warga menggelar pengajian dan doa bersama sebagai bagian dari rangkaian acara haul massal Sadranan yang menjadi tradisi desa itu.

Sadranan, seperti halnya nyadran, adalah tradisi dalam sebagian umat Islam untuk mengenang para kerabat yang telah meninggal, terutama dengan berziarah ke makam, membersihkan nisan, dan mendoakan arwah para mendiang. Ritual ini berlangsung di bulan Syaban, atau Ruwah dalam penanggalan Jawa, yakni sebelum memasuki bulan Ramadan.

Di Pleret, tradisi Sadranan juga mencakup ritual tersebut. Diawali dengan sema’an atau pembacaan Alquran sejak Selasa (15/3) bakda Duhur hingga khatam alias tuntas pada Rabu malam itu. Setelah khataman ini, esok paginya warga melakukan ziarah kubur dan berlanjut dengan serangkaian pembacaan doa dan tahlil untuk para arwah pendahulu.

Sadranan akan dipungkasi dengan salat tasbih berjemaah di masjid tersebut pada Kamis (17/3) malam. Dalam tradisi Sadranan di Kanggotan, pembacaan doa untuk para arwah berlangsung berjam-jam. Maklum saja, lebih dari 4.000 nama akan disebut dalam doa untuk dimintakan ampunan dan keselamatan di akhirat.

Jangan khawatir jika nama almarhum atau almarhumah terlewat. Sebab warga bisa mengecek sendiri nama para mendiang di papan informasi yang terpasang di balai warga Kanggotan Lor di depan Masjid At Ta’wun. Nama-nama tersebut telah dicetak ke puluhan kertas yang ditempel di sana.

Kalau tak mau capek-capek ke balai warga dan merunut nama para arwah, warga bisa mengakses kanggotan.id. Di sinilah database arwah itu tersimpan lengkap. Saat dicek Kamis pagi, tercatat ada 521 warga yang mendaftar untuk mengirim doa di haul massal. Dari jumlah itu, 4.689 nama arwah terdata dan bakal disebut dalam doa di ritual tersebut.

Untuk setiap nama arwah yang terdata dan dikirimi doa, pengirim dikenai sedekah Rp5000. Warga bebas ‘menitipkan’ doa untuk siapa saja—tak hanya untuk keluarga atau kerabat di Pleret saja. Alhasil, tercantum nama-nama beken yang muncul di database arwah itu dan disebut dalam doa di haul massal, seperti Pangeran Diponegoro dan Sultan Hamengku Buwono IX, bahkan artis Vanessa Angel.

Lurah Pleret, Taufik Kamal, turut membidani lahirnya database arwah itu. Namun, menurut dia, pendataan itu sebetulnya semula bukan program pemerintahan desa.

Ia bercerita, pemuda desa Kanggotan kerap mendapat tugas untuk mendata nama-nama warga yang telah meninggal untuk didoakan di acara haul massal itu. “Warga ingin ada ‘prasasti’-nya. Tapi keunikannya di sini semua arwah juga disebut,” ujar pemuda usia 27 tahun yang baru setahun menjabat lurah itu.

Padahal saban tahun, jumlah warga yang didoakan selalu naik. Jika dirata-rata sepanjang pengalaman Taufik, tambahannya sekitar 500 nama per tahun. Saat awal-awal terlibat pendataan beberapa tahun lalu, ia menyebut jumlahnya 2000-an nama almarhum. Warga mendaftar secara manual ke panitia haul. “Dulu pakai ketikan, lalu pake komputer Excel, terus dicetak. Ini jadi prasastinya,” katanya.

Selaju dengan perkembangan teknologi, dan selaras juga dengan keahliannya di bidang data dan komputer, Taufik mengenalkan pendataan berbasis teknologi informasi.

Ia menyebarkan pendataan arwah itu melalui Whatsapp. Dengan begitu, warga dapat mengisi nama keluarga yang bakal didoakan secara mandiri. Data pun disimpan Google Drive dengan Cloud, sekaligus dibuatkan situs yang dapat diakses semua orang.

Sebagai sedekah, warga memberikan Rp5000 untuk tiap nama yang didoakan. Namun sejumlah warga memberikan dana lebih sehingga berhak mengirim doa sesuai keinginan mereka. Maka muncullah nama-nama ngetop itu dari warga.

“Ngirim doa untuk Vanessa Angel karena bisikan hati saja. Tadinya juga mau kirim doa untuk Bunda Dorce,” kata warga Pleret, Ari Yulianto.

Dari kegiatan ini terkumpul dana lebih dari Rp22 juta. Taufik menyatakan semua dana itu akan kembali ke warga dan para pembaca Alquran. Prinsipnya kita bisa swadaya untuk melakukan kegiatan, memberi manfaat, dan semua kembali ke masyarakat,” ujarnya.

832