Home Ekonomi Perang Rusia-Ukraina Pengaruhi Industri Mebel Dalam Negeri

Perang Rusia-Ukraina Pengaruhi Industri Mebel Dalam Negeri

Solo, Gatra.com - Perang Rusia-Ukraina berdampak pada kondisi perekonomian global. Akibatnya, industri mebel dan furnitur dalam negeri juga ikut terpengaruh dinamika pasar dunia.

Hal itu disampaikan Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Nasional, Abdul Sobur Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Himki di Solo, Jawa Tengah. Saat ini mayoritas industri mebel di dunia dikuasai oleh China. Pasalnya, Negara Tirai Bambu ini memiliki teknologi yang lebih maju dibanding Indonesia.

”Padahal bahan baku industri mebel di China kayunya dipasok dari Rusia. Karena China kesulitan mengakses bahan baku dari Rusia, saat ini China mencari bahan baku ke seluruh dunia,” kata Abdul saat ditemui di sela acara Rakernas Himki pada Jumat (18/3).

Menurutnya kondisi ini justru rawan untuk industri mebel dalam negeri. Dengan terpengaruhnya industri mebel China, akan berpengaruh pada seluruh industri mebel di dunia.

”Kalau tidak berhati-hati industri kita justru anjlok. Makanya kita sudah meminta pemerintah untuk memperkecil penampang pengaruh. Kita minta eksisting ke pemerintah. Kalau diperlebar penampangnya China bisa mengambil (bahan baku) lebih besar ke sini,” katanya.

Diketahui, saat ini China sedang mencari subtitusi bahan baku dari Rusia. Di sisi lain, Indonesia merupakan penghasil kayu paling besar.

”Tapi ini bukan peluang. Sebab kita kan jualannya bukan bahan, kita jualan barang jadi. Kalau kita jualannya bahan, furniturnya tidak terpakai. Makanya ini jadi tantangan yang besar,” ucapnya.

Di sisi lain, industri furnitur dari China secara kualitas dianggap paling baik. Meskipun bahan bakunya tidak sebaik yang dimiliki Indonesia.

”Kelebihannya kita punya solid wood, seperti jati, mahoni dan rotan. Tapi secara engineering kita masih kalah,” ucapnya.

Dari data yang dimiliki Himki, potensi pasar mebel dunia mencapai US$500 miliar. Sementara Indonesia baru bisa menguasai sekitar US$3,4 miliar. ”Persentasenya masih sangat kecil. Kalau saja kita bisa menguasai 5% saja, ini sudah sangat bagus,” katanya.

Padahal, nilai US$3,4 miliar ini, sudah mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 30%. ”Kalau pasar kita paling potensial masih di Amerika Serikat. Kita menguasai 50% pasar Amerika Serikat. Sisanya kita masih ke Uni Eropa,” katanya.

Untuk itu saat ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkan pasarnya. Apalagi Indonesia menjadi tuan rumah G20 yang bisa menjadi kesempatan untuk lebih mengenalkan industri mebel dalam negeri ke mancanegara.

”Apalagi nanti ada 20 presiden dari 20 negara. Tapi bukan hanya itu, dua per tiga masyarakat dunia akan melihat ke Indonesia,” katanya.

Sementara itu Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa menambahkan jika industri mebel di Indonesia harus belajar dari China. Di mana standar produk dalam negeri harus setara dengan standar internasional.

”Kita harus bisa bersaing dengan pasar internasional,” katanya.

511