Jakarta, Gatra.com - Golf mulai menjadi olahraga yang digandrungi kalangan milenial. Hal ini diakui oleh Direktur Leonian Golf Indonesia, Wisnu Sanjaya. Ia menyebut kontribusi pandemi Covid-19 lah yang menjadikan pemantik kalangan milenial untuk mencoba olahraga di ruang terbuka tersebut.
Dalam catatannya di komunitas Golf, sebelum pandemi hanya ada sekitar 5% pemain golf yang berasal dari kalangan milenial. Angka tersebut bertambah menjadi 30%, tatkala pandemi Covid-19 melanda kurang lebih dua tahun belakangan.
“Mereka melihat Golf ini jadi olahraga yang aman selama pandemi. Dilakukan di ruang terbuka dan minim interaksi,” tegas Wisnu dalam keterangannya di Kawasan Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Rabu (16/3).
Menurut Wisnu, meningkatnya tren milenial yang ingin berkecimpung di dunia golf adalah sebuah hal penting bagi perkembangan golf di tanah air. Dengan begitu, regenerasi pecinta olahraga golf pun akan terus hadir.
Kehadiran Milenial pun sekaligus bisa menghapus stigma bahwa golf hanya bisa diakses olah para kalangan elit. Oleh karenanya, salah satu peralatan golf yang di rekomendasikan oleh Wisnu adalah Rogue ST 22 milik Brand Callaway, yang menurutnya dari segi nominal harga cenderung bisa diakses kalangan milenial maupun pegolf pemula. Hal ini pun diakui lebih dari 70 pegolf yang hadir mencoba peralatan tersebut.
Dengan adanya peralatan yang tejangkau, maka stigma ‘Olahraga Elit’ pun kian lama bisa terkikis di benak publik. “Apalagi, makin banyak fasilitas golf di tanah air yang tengah dibangun. Maka ini menunjukan bahwa golf sudah bisa menjangkau lebih banyak orang,” tegasnya
Sementara itu, salah satu Artist Golfer Indonesia, Ade Herlina, pun mengakui sebagai pihak yang baru mulai terjun mendalami golf, dirinya tertarik untuk menggeluti dunia golf dipantik oleh situasi pandemi.
Namun, lama kelamaan mencoba Golf, Ade merasa, pandangan bahwa golf adalah olahraga elit sudah tak lagi relevan. “Karena olahraga lain pun kalau kita fokus mengembangkan diri di sana, kebutuhan akan budget besar tidak bisa dilepaskan,” tuturnya.
Ia mencontohkan olahraga seperti basket, sepeda, dan renang. Olahraga tersebut pun sejatinya membutuhkan biaya yang tak murah dalam berinvestasi di peralatan penunjangnya.
“Tidak ada olahraga yang murah, memang kalau kita serius. Pengeluaran budget untuk equipment tidak akan menjadi masalah, selama peralatan itu membuat kita lebih baik,” tandasnya.