Jakarta, Gatra.com - Golf mulai menjadi olahraga yang digandrungi kalangan milenial. Hal ini diakui oleh Direktur Leonian Golf Indonesia, Wisnu Sanjaya. Ia menyebut kontribusi pandemi Covid-19 lah yang menjadikan pemantik kalangan milenial untuk mencoba olahraga di ruang terbuka tersebut.
Dalam catatannya di komunitas Golf, sebelum pandemi hanya ada sekitar 5 persen pemain golf yang berasal dari kalangan milenial. Angka tersebut bertambah menjadi 30 persen, tatkala pandemi Covid-19 melanda kurang lebih 2 tahun belakangan.
“Mereka melihat Golf ini jadi olahraga yang aman selama pandemi. Dilakukan di ruang terbuka dan minim interaksi,” tegas Wisnu saat ditemui di Kawasan Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Senin (14/3).
Menurutnya, meningkatnya tren milenial yang ingin berkecimpung di dunia golf adalah sebuah hal penting bagi perkembangan golf di tanah air. Dengan begitu, regenerasi pecinta olahraga golf pun akan terus hadir.
Kehadiran Milenial pun sekaligus bisa menghapus stigma bahwa golf hanya bisa diakses olah para kalangan elit. Oleh karenanya, salah satu peralatan golf yang di rekomendasikan oleh Wisnu adalah Rouge milik Brand Callaway, yang menurutnya dari segi nominal harga cenderung bisa diakses kalangan milenial maupun pegolf pemula.
Dengan adanya peralatan yang tejangkau, maka stigma ‘Olahraga Elit’ pun kian lama bisa terkikis di benak publik. “Apalagi, makin banyak fasilitas golf di tanah air yang tengah dibangun. Maka ini mennjukan bahwa golf sudah bisa menjangkau lebih banyak orang,” tegasnya.
Sementara itu, salah satu Artist Golfer Indonesia, Ade Herlina, pun mengakui sebagai pihak yang baru mulai terjun mendalami golf, dirinya tertarik untuk menggeluti dunia golf dipantik oleh situasi pandemi.
Namun, lama kelamaan mencoba Golf, Ade merasa bahwa pandangan bahwa golf adalah olahraga elit sudah tak lagi relevan. “Karena olahraga lain pun kalau kita fokus mengembangkan diri disana, kebutuhan akan budget besar tidak bisa dilepaskan,” tuturnya.
Ia mencontohkan olahraga seperti Basket, Sepeda, dan Renang. Olahraga tersebut pun sejatinya membutuhkan biaya yang tak murah dalam berinvestasi di peralatan penunjangnya.
“Tidak ada olahraga yang mrah, memang kalau kita serius. Pengeluaran budget untuk equipment tidak akan menjadi masalah, selama peralatan itu membuat kita lebih baik,” tandasnya.