Cirebon, Gatra.com- Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia terus bertumbuh pesat dan diprediksi akan mencapai US$146 Miliar di tahun 2025. Sementara itu, di tengah adopsi smartphone yang tinggi, penetrasi fintech, seperti layanan paylater juga terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuknya diprediksi mencapai 27,4% selama periode 2021-2028.
Berkaca pada pertumbuhan yang pesat tersebut, Kredivo, pelaku fintech yang merupakan penyedia layanan paylater terdepan di Indonesia, melihat masyarakat terutama generasi muda, perlu bersiap diri menjadi konsumen digital yang bijak di tengah adopsi digital dan penetrasi fintech yang makin cepat.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, Kredivo pun terus mengembangkan program edukasi keuangan digitalnya yang bertajuk Generasi Djempolan yang telah diinisiasi oleh perusahaan sejak 2020 di berbagai kota seperti Makassar, Pontianak, Manado, Batam dan Bandung.
Pada 2022 ini, Kredivo pun fokus memperluas jangkauan Generasi Djempolan sehingga dapat mendorong literasi keuangan digital masyarakat di kota tier 2 dan 3. Kali ini, gerakan Generasi Djempolan akan menyambangi generasi muda di Cirebon, kota tier 2 dengan penetrasi fintech yang cukup dalam serta didukung komitmen tinggi pemerintah daerah dalam percepatan digitalisasi transaksi keuangan.
Ada tiga kriteria utama yang dibawa oleh Generasi Djempolan untuk diimplementasikan oleh generasi muda. Pertama set priority yang dapat menentukan prioritas dan batasan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kedua Value over price, yakni memahami nilai dari pengeluaran dan pemanfaatan keuangan, bukan hanya karena murah namun juga memiliki nilai. Ketiga Best of both worlds: tech-savvy sekaligus memiliki kemampuan dalam mengatur keuangan (financially savvy).
“Kredivo akan terus konsisten memperluas Generasi Djempolan di berbagai kota di Indonesia, terlebih mengingat arus adopsi digital dan penetrasi fintech yang semakin cepat," kata Head of External Affairs, Kredivo, Andy N. Gultom dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/3).
Dalam hal ini, generasi muda perlu bersiap diri karena mereka juga berperan penting untuk menciptakan ekosistem keuangan digital yang kondusif mengingat jumlah populasinya dan kedekatannya dengan teknologi.
"Generasi Djempolan hadir di Cirebon sebagai kota pertama di tahun 2022 untuk mengedukasi serta mengadvokasi generasi muda termasuk remaja untuk dapat lebih paham keuangan, sehingga mereka mampu memaksimalkan momentum perkembangan transaksi digital di Cirebon yang tengah tumbuh,” jelas Andy.
Hal ini juga didukung dengan meningkatnya pengguna Kredivo di Cirebon yang meningkat hingga 180% di tahun 2021. Pengguna Kredivo di Cirebon juga didominasi oleh kelompok umur tergolong generasi muda, yaitu kelompok umur 25-29 tahun sebanyak 28%.
Di era digitalisasi yang semakin cepat saat ini, generasi muda dihadapkan pada berbagai kemudahan dalam kesehariannya, termasuk dalam hal belanja dan akses keuangan digital.
Namun hal tersebut juga menjadi tantangan jika adopsi digital tidak dibarengi dengan pemahaman terhadap keuangan, terutama bagi mereka yang belum memiliki pendapatan sendiri atau baru menjajaki awal dunia karir.
Financial Educator & Co-Founder Thirty Days of Lunch Podcast, Fellexandro Ruby mengatakan, generasi muda jaman sekarang punya akses yang banyak dan luas terhadap topik-topik pengelolaan keuangan. Namun, tidak semua hal bisa diajarkan lewat potongan konten pendek.
"Penting kesadaran yang terbangun ini dibarengi dengan edukasi dari sumber yang kredibel dab berpengalaman. Kita sering membicarakan bahwa di 2045, Indonesia akan punya bonus demografi," jelas Fellexandro.
Tapi jangan sampai bonus demografi ini tidak bisa menjadi bijak dengan keuangan mereka, karena generasi muda kita kurang mendapat pemahaman yang baik & benar tentang keuangan.
"Kalau generasi muda paham tentang pemanfaatan produk pinjaman, investasi, dan berbagai jenis layanan keuangan lain sejak dini, mereka bisa membangun kebiasaan perencanaan keuangan yang matang di tengah kemajuan industri keuangan digital," ungkap Fellexandro.