Beijing, Gatra.com- Sebuah platform online yang mempertemukan pria China dengan wanita Eropa Timur mengatakan minat pada wanita Ukraina meningkat dua kali lipat sejak Rusia memulai invasi tanpa alasan ke Ukraina, lapor Viola Zhou dan Koh Ewe dari Vice World News. Demikian Insider, 11/03.
Pavel Stepanets, dari Rusia, pemilik layanan perjodohan Meilishka, mengatakan kepada Vice bahwa minat pada wanita Ukraina melonjak dari lima menjadi hampir 10 pertanyaan setiap hari. "Sekarang, ada banyak klien yang meminta gadis Ukraina," kata Stepanets.
"Klien-klien ini tahu bahwa gadis-gadis Ukraina ini sedih dan akan menganggap China sebagai tempat yang aman. Jadi para pria China berpikir bahwa gadis-gadis ini akan mempertimbangkan untuk mencari suami China," lanjutnya.
Situs web Meilishka menunjukkan ada 748 wanita Slavia yang saat ini tersedia untuk dijodohkan dengan pria Cina.
Stepanets mengatakan kepada Vice bahwa pria China lebih menyukai wanita Eropa Timur karena "mereka tidak menuntut kekayaan" seperti wanita China. Standar kecantikan juga berperan: Menikahi wanita kulit putih pirang dipandang sebagai simbol kesuksesan pria Cina.
"Sejujurnya, wanita Ukraina dianggap sebagai yang tercantik di dunia," kata Stepanets kepada publikasi tersebut.
Rasio gender China terdistorsi oleh kebijakan satu anak, yang berlaku dari 1980 hingga 2015 dan menyebabkan ketidakseimbangan gender di negara itu, membuat jutaan pria tidak dapat menemukan pasangan untuk menikah.
Media China telah menyarankan bahwa wanita Ukraina bisa menjadi solusi untuk masalah ketidakseimbangan gender China, lapor Foreign Policy.
Perjodohan pria Cina dan wanita Ukraina bukanlah fenomena baru-baru ini. Ulove, yang merupakan singkatan dari "Cinta Ukraina," didirikan pada 2018 oleh Max Mei, menurut South China Morning Post. Layanan perjodohan Mei bertujuan untuk memperkenalkan pria China "berkualitas tinggi" kepada wanita Ukraina.
Mei menikah dengan penyanyi opera Ukraina, menurut Mail Online. Dia mendapat ide untuk layanan tersebut ketika dia menerima banyak komentar dari pria China yang mengatakan dia adalah "pemenang dalam hidup," menurut SCMP.
Namun, seperti yang baru-baru ini dilaporkan oleh Insider's Waiyee Yip, beberapa raksasa media sosial China telah bergerak untuk menyensor banjir perhatian online yang dialami wanita Ukraina di tengah perang. Layanan mirip Twitter, Weibo melarang 10.000 akun yang dikatakan "mengejek perang" atau membuat "komentar vulgar" tentang wanita Ukraina.
Douyin juga telah melarang pengguna dan menghapus konten yang berkaitan dengan perang di Ukraina. Dalam sebuah pernyataan, perusahaan itu mengatakan akan menindak konten yang "tidak pantas", termasuk "video seperti 'menangkap kemolekan Ukraina.'"