Jakarta, Gatra.com– Sebanyak 22 persen masyarakat dunia diprediksi mengalami obesitas pada tahun 2045 mendatang. Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik (P2DMGM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, dr. Esti Widiastuti, dalam webinar bertajuk “Obesitas di Indonesia: Mengapa Kita Harus Waspada?” yang telah disiarkan langsung melalui kanal YouTube AJI Indonesia pada Kamis, (10/3).
Data tersebut merujuk hasil The 2018 Congress on Obesity di Vienna, Austria. “Orang dengan obesitas itu seperti menjadi pintu masuk0penyakit-penyakit tidak menular yang lainnya,” kata Esti menambahkan.
Kata Esti, WHO juga menyebut hasil dari kongres itu adalah 1 dari 8 orang akan mengalami diabetes tipe 2, naik 9 persen dibandingkan tahun 2017. Di samping itu, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi obesitas usia di atas 18 tahun di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2010 lalu, prevalensi obesitas di Indonesia mencapai 11,7 persen. Kemudian di tahun 2013 naik menjadi 15,4 persen. Serta, meningkat kembali hingga mencapai 21,8 persen pada tahun 2018. “Tidak hanya di usia yang dewasa muda, pada balita [bayi di bawah lima tahun] pun juga demikian,” ucap Esti.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi obesitas usia di atas 18 tahun di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 lalu, prevalensi obesitas di Indonesia mencapai 11,7 persen. Kemudian di tahun 2013 naik menjadi 15,4 persen. Serta, meningkat kembali hingga mencapai 21,8 persen pada tahun 2018.
“Tidak hanya di usia yang dewasa muda, pada balita [bayi di bawah lima tahun] pun juga demikian,” ucap Esti.
Adapun WHO menyebut bahwa 1,9 miliar orang usia 18 tahun ke atas di dunia atau sekitar 39 persen memiliki berat badan berlebih (overweight). Dari jumlah tersebut, 650 juta orang itu menderita obesitas. “Jadi, kondisi kecenderungan di dunia ini, cenderung untuk obesitas ini, semakin lama semakin meningkat,” kata dia.
Menurut WHO, obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure).
Jika merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, batasan obesitas di Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu angkanya lebih dari 27.
“Jadi, IMT itu didapat dari berat badan dibagi tinggi badan kuadrat. Tapi, tinggi badannya itu dalam [satuan] meter,” kata Esti.
Dia menyebut selain pengukuran berdasarkan IMT, pengukuran obesitas juga bisa didapatkan dari lingkar perut atau biasa disebut dengan obesitas sentral. Pria dikatakan obesitas itu jika lingkar perutnya di atas 90 sentimeter, sedangkan wanita, itu kalau lingkar perutnya di atas 80 sentimeter. “Itu sudah masuk kategori obesitas sentral,” ujar Esti.