Banyumas, Gatra.com – Bupati Banyumas, Achmad Husein menjamin pasokan kedelai untuk perajin tempe tak akan terganggu menjelang bulan suci Ramadan.
Namun, dirinya mengaku tak bisa mengontrol harga kedelai impor yang kini beredar di pasaran karena merupakan komoditi impor.
Husein mengklaim sudah berkoordinasi dengan distributor kedelai yang menyuplai ke Banyumas. Bahkan, untuk mengintensifkan pemantauan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat telah membuat grup komunikasi khusus dengan distributor dan para pelaku usaha tempe dan tahu. Dengan begitu, sentra produksi tempe dan tahu tidak akan sampai kehabisan bahan baku.
“Ini juga Disperindag sudah intensif berkomunikasi, bahwa pasokan kedelai itu aman. Hanya saja harganya sudah naik 30 persen,” kata Achmad Husein.
Dia menjelaskan, di Banyumas terdapat lima sentra produksi tahu dan tempe, dengan kebutuhan harian masing-masing mencapai 15 ton per hari. Dengan demikian, tiap hari Banyumas setidaknya membutuhkan 75 ton kedelai hanya untuk menyuplai lima sentra ini.
Husein menambahkan, meski harga kedelai menanjak, namun sejauh ini tidak terjadi kelangkaan di pasaran. Namun begitu, dia berharap agar pemerintah pusat melakukan upaya agar harga kedelai kembali normal.
“Jadi kita hanya pastikan kepada distributor kedelai, bahwa pasokan kedelai itu aman,” ujarnya.
Saat ini harga kedelai di tingkat perajin Rp11.500 atau sudah naik 30 persen dari harga sebelumnya yang hanya Rp9.000 per kilogram. Lonjakan lebih dari 30 persen itu membuat sejumlah perajin melakukan pengurangan produksi atau memperkecil ukuran tempe dan tahu.
Salah satunya di sentra produksi tempe di Pliken, Kembaran, Banyumas. Pardiman, seorang perajin mengaku terpaksa menaikkan harga tempe dengan kisaran harga Rp100 per pcs untuk agar tak rugi. Lantaran harga naik, serapan tempe berkurang dan dia mengurangi produksinya.