Pekalongan, Gatra.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah terus menggelar operasi pasar minyak goreng untuk mengatasi kelangkaan dan mahalnya bahan pokok tersebut. Distribusi minyak goreng dari pemerintah pusat ditengarai tidak lancar sehingga operasi pasar masih harus dilakukan.

Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (Dindagkop-UKM) Kota Pekalongan, Budiyanto mengatakan, operasi pasar minyak goreng kembali digelar pada 9-10 Maret di sejumlah lokasi.

"Operasi pasar minyak goreng masih terus dilakukan mengingat saat ini minyak goreng masih sulit diperoleh masyarakat dan harganya masih mahal," kata Budiyanto, Kamis (10/3).

Dalam operasi pasar minyak goreng selama dua hari tersebut, Dindagkop-UKM bekerjasama dengan distributor minyak goreng menyiapkan 20 ribu liter minyak goreng. Puluhan ribu minyak goreng dipasarkan ke masyarakat dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp14 ribu per liter.

"Sebelumnya kami sudah mendistribusikan sebanyak 40 ribu liter. Dengan digelarnya operasi pasar minyak goreng ini, semoga secepatnya harga minyak goreng bisa kembali normal dan masyarakat tidak lagi kesulitan mendapatkan minyak goreng di pasaran dengan harga yang sesuai HET,” ujarnya.

Menurut Budiyanto, sebenarnya jika distribusi minyak goreng dari pemerintah pusat ke distributor, sub distributor dan agen lancar, operasi pasar tidak perlu dilakukan.

“Namun, dikarenakan di tengah-tengah itu banyak yang tidak jalan, saya tidak tahu penyebabnya apa, apakah harganya dinaikan padahal sudah ada HET Rp14 ribu, mereka kulakan dibawah HET dinaikan menjadi Rp18 ribu, sehingga ada isu kelangkaan dan harga mahal," jelasnya.

Budiyanto mengatakan, pemkot perlu hadir untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan minyak goreng melalui distributor langsung agar bisa dipasarkan ke masyarakat dengan harga sesuai HET. "Harapan mereka mendapat minyak dan tidak bingung lagi mencarinya,” ucapnya.