Jakarta, Gatra.com - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menetapkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi di level siaga.
Pasalnya, sejak Rabu malam (9/3), terjadi rentetan awan panas guguran di Gunung Merapi. Hingga pukul 06.00 WIB tadi, tercatat 16 kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal sekitar 5 Km ke arah Kali Gendol.
“Awan panas guguran ini menyebabkan hujan abu ke beberapa tempat terutama di sisi barat laut Gunung Merapi sejauh maksimal 13 km. Aktivitas erupsi saat ini terhitung masih tinggi dimana guguran terjadi rata-rata sebanyak 140 kali per hari,” kata Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/3).
Aktivitas vulkanik internal juga masih tinggi ditunjukkan oleh data seismisitas dan deformasi. Seismisitas internal (VTB dan MP) terjadi lebih dari 5 kali per hari. Sedangkan laju deformasi EDM RB1 sebesar 3,5 mm per hari.
“Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan - barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 Km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 Km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 Km dan Sungai Gendol 5 km,” jelasnya.
Oleh karena itu, Badan Geologi mengimbau Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya-upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini. Masyarakat juga diminta untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
“Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,” ucapnya.
Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.