Abu Dhabi, Gatra.com - Importir gandum menghadapi ancaman pengiriman pasokan roti ke seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) karena terganggu secara politik pasca invasi Rusia ke Ukraina. Ancaman itu juga akibat tertutupnya akses pengiriman komoditas biji-bijian melalui Laut Hitam, yang selama ini harga yang diperdagangkan masih rendah.
“Konflik berikutnya telah menghentikan pengiriman dari pelabuhan Ukraina, sementara sanksi keuangan telah membuat pembayaran untuk membeli gandum Rusia diragukan,” kata para pedagang dan bankir, dikutip Reuters, Senin (7/3)
Gejala ini menambah risiko lain bagi pemerintah di wilayah MENA, yang selama ini berjuang menekan tingginya biaya impor, krisis ekonomi atau konflik.
"Semua orang mencari pasar lain karena semakin tidak mungkin untuk membeli saham dari Ukraina atau Rusia," kata seorang bankir komoditas Timur Tengah. Ia menyebut gangguan pada pengiriman, sanksi yang terus meningkat dan tingginya premi asuransi.
"Pasar tidak mengharapkan ekspor Ukraina dan Rusia untuk melanjutkan sampai pertempuran berakhir," kata seorang pedagang, dikutip Reuters.
Melonjaknya harga global dan kemungkinan pembatasan ekspor membuat peralihan ke sumber alternatif menjadi mahal, sementara pilihan untuk memperluas produksi lokal di wilayah MENA dibatasi oleh kelangkaan air dan kenaikan biaya.
“Negara-negara Teluk dilindungi surplus fiskal, negara-negara MENA lainnya, termasuk Mesir dan Lebanon, dan itu akan tetap menjadi yang paling rentan secara global, mengingat ketergantungan pada impor gandum dan pengeluaran rumah tangga yang tinggi untuk makanan,” kata kepala ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank, Monica Malik.
Pedagang menyebut Mesir, yang menjadi importir terbesar dunia, membeli 80 persen gandumnya dari Rusia dan Ukraina tahun lalu.
Tetapi sejak invasi Rusia ke Ukraina, pembeli komiditas biji-bijian negara bagiannya telah membatalkan dua tender karena kurangnya penawaran dan harga yang tinggi, sementara dua kargo tertahan di pelabuhan Ukraina.
Pejabat Mesir mengatakan cadangan gandum dan panen lokal yang akan datang masih cukup untuk menyediakan roti bersubsidi selama sekitar sembilan bulan. Kendati mereka tetap harus menyiapkan anggaran pembayaran tambahan sebesar US$950 juta saat ini, karena harga yang lebih tinggi.
“Pasar roti komersial Mesir bisa berada pada risiko yang lebih besar karena stok yang lebih sedikit,” kata para pedagang.
“Harga gandum dan tepung lokal telah naik masing-masing 23 persen dan 44 persen sejak invasi Rusia dimulai,” kata Ezzat Aziz dari Kamar Dagang Kairo.
Aljazair, pembeli utama lainnya, mengatakan memiliki cadangan komoditas biji-bijian yang cukup untuk bertahan hingga akhir tahun, tetapi masih berharap menerima kembali impor gandum Prancis, yang ditangguhkan setelah perselisihan mengenai peran kolonial Prancis di negara Afrika Utara itu.
Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar 29 persen dari ekspor gandum global. Namun dengan persediaan mereka yang diragukan, gandum berjangka Chicago akhirnya naik ke level tertinggi sejak 14 tahun pada hari Senin kemarin.
"Importir harus membayar rata-rata 40 persen lebih banyak untuk gandum dibandingkan sebelum invasi," kata pedagang kedua.
Aljazair, Libya dan produsen minyak di Teluk menyiapkan dana lebih untuk biaya impor gandum yang lebih tinggi, diimbangi dengan meningkatnya pendapatan hidrokarbon, sementara pemerintah belum punya persiapan seperti itu.
Di Lebanon, yang mengalami krisis ekonomi terburuk dalam sejarah modern, hanya memiliki cadangan gandum yang dapat bertahan satu bulan saat Rusia menginvasi Ukraina.
Di Tunisia, berkurangnya stok roti akibat penjatahan tepung di toko-toko dan masalah impor gandum telah menimbulkan keraguan benarkah klaim bahwa ada cukup pasokan untuk bertahan hingga musim panas.
Sementara di Maroko akan menaikkan impor komoditas biji-bijian setelah kekeringan terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Di Suriah, yang ekonominya telah menderita akibat konflik selama bertahun-tahun, --sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan pemerintah dapat bersandar pada cadangan namun mengakui bahwa biaya akan meningkat.
“Ada gandum lokal, mereka akan mencoba menghasilkan lebih banyak tetapi tetap akan ada masalah. Beberapa orang tidak akan bisa makan, akan ada kelaparan,” kata seorang pedagang, yang berbasis di Suriah.
Adanya sinyal beberapa negara Eropa kemungkinan akan membatasi ekspor komoditas biji-bijian setelah Hungaria pada hari Jumat mengumumkan segera larangan ekspor, sementara Bulgaria berencana untuk membeli gandum untuk cadangannya, yang selama ini dikhawatirkan produsen karena bisa saja terjadi kelangkaan.
Adapun Rumania mengatakan tidak perlu membatasi ekspor untuk saat ini.
“Bagian yang menantang adalah negara-negara seperti Mesir, Maroko atau Lebanon yang memiliki hantaman ganda impor karena Laut Hitam (berhenti), akibatnya harga melonjak,” kata analis senior di Eurasia Group yang berbasis di AS, Ahmed Morsy.