Banyumas, Gatra.com – Penganut Kejawen dan pelestari adat di Kabupaten Cilacap berharap ritual Punggahan jelang Ramadan yang akan digelar di Panembahan Banokeling, Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah lebih dilonggarkan, seturut menurunnya kasus Covid-19.
Ritual punggahan bakal digelar pertengahan Maret ini sebagai bagian dari adat dan tradisi kejawen menjelang Puasa atau Ramadan. Ketua Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS) Kalikudi, Nakam Wimbo Prawiro mengatakan sejak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, seluruh prosesi keagamaan, budaya dan adat dilakukan dengan sangat terbatas.
“Harapan anak putu, kalau memang ada PPKM, karena PPKM lain kabupaten sih, kan masuk Banyumas masalahnya sih. Ya tetap kita senantiasa rujukannya kepada pemerintah,” katanya, Senin (7/3).
Pada 2021 misalnya, ritual Punggahan yang biasanya diikuti oleh ribuan anak putu itu hanya diikuti oleh perwakilan masing-masing kelompok dengan jumlah sangat terbatas. Bahkan, kata dia, Kejawen Kalikudi hanya memberangkatkan 12 orang perwakilan.
Sementara, biasanya yang berangkat dari Kalikudi mencapai hampir 500 orang. Karena itu, dengan penurunan angka Covid-19 ini, dia berharap agar ritual punggahan lebih dilonggarkan dan bisa diikuti oleh sebagian anak putu, meskipun tidak seluruhnya. Begitu pula dengan prosesi jalan kaki yang merupakan napak tilas bisa kembali dilakukan.
“Ya harapannya sih, kepingin sekali kayak dulu, anak putu bisa napak tilas, seperti dulu, tidak dibatasi,” ujarnya.
Diketahui, Ritual punggahan dilakukan tiap tahun oleh komunitas Kejawen di Pekuncen, Banyumas. Dalam kondisi normal, belasan ribu orang dari berbagai daerah, terutama Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara hadir dan mengikuti ritual jelang Ramadan ini.
Namun, dua tahun terakhir Punggahan hanya bisa diikuti oleh perwakilan masing-masing kelompok. Pada 2021 lalu, ritual punggahan di Penambahan Banokeling hanya diikuti oleh sekitar 60 peserta, di luar kiai kunci.