Banyumas, Gatra.com - Bupati Banyumas, Achmad Husein bersama pegiat budaya menggelar kegiatan Ruwat Sukerta di Pendopo Duplikat Sipanji Kecamatan Banyumas, akhir pekan ini, Minggu (6/3).
Ruwat Sukerta merupakan salah satu tradisi dalam kebudayaan Jawa yang ditujukan untuk membuang keburukan atau menyelamatkan sesuatu dari sebuah gangguan. Seseorang atau sesuatu yang telah diruwat diharapkan mendapat keselamatan, kesehatan, dan ketenteraman kembali.
Dalam kagiatan ini, sekitar 20 orang diruwat, dari anak kecil sampai dewasa. Tampak para peserta yang sebagiannya remaja dan anak-anak mengenakan busana putih.
Mengutip keterangan Humas Setda Banyumas, tahapan prosesi ruwatan yakni, prosesi siraman yang mengandung nilai pembersih badan manusia menggunakan air kembang setaman, yaitu kembang kenanga, kembang melati, dan kembang mawar. Sesaji dan selametan agar orang yang diruwat selalu dalam keadaan selamat. Penyerahan sarana seperti memberikan perlindungan terhadap orang yang tergolong sukerta (orang-orang yang sial atau perlu diruwat).
Selanjutnya, ada prosesi upacara potong rambut yang secara simbolis mengisyaratkan segala yang kotor harus dipotong dan dibuang. Tirakatan, yaitu ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan-Nya. Ada pula wayang yang membawa makna dalam kehidupan.
Golongan Sukerta secara umum, yakni Ontang-anting, satu anak merupakan perempuan atau laki-laki, Kembang Sepasang yakni dua anak perempuan, Uger-uger lawang yakni dua anak laki-laki, Kedhana Kedhini yakni dua anak laki-laki dan perempuan.
Kemudian, Kedhini Kedhana yakni dua anak perempuan dan laki-laki, Sendhang Kapit Pancuran yakni tiga anak, satu perempuan yang diapit oleh dua orang laki-laki, Pancuran kapit Sendhang yakni tiga anak, satu laki-laki yang diapit oleh dua orang perempuan, dan Serimpi yakni empat anak perempuan.
Selanjutnya, Saramba, empat anak laki-laki, Pandhawa, lima anak laki-laki, Pandhawi, lima anak perempuan, dan Tunggak Aren yakni satu anak yang ditinggal mati saudara-saudaranya.