Home Ekonomi Kedelai Melonjak, Pengrajin Tempe Bergolak

Kedelai Melonjak, Pengrajin Tempe Bergolak

Jakarta, Gatra.com- Kenaikan harga kedelai dunia memiliki efek domino terhadap Indonesia. Kedelai yang diimpor Indonesia paling banyak diimpor dari Amerika Selatan.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan, penyebab harga kedelai naik karena turunnya produksi di Amerika Selatan. Biaya produksi disebut tinggi karena terjadinya inflasi dan batasan pergerakan akibat pandemi Covid-19.

Pemerintah telah berkomunikasi kepada para importir kedelai dan meminta untuk tetap menyediakan pasokan kedelai. Memang ketergantungan kedelai dari importasi begitu tinggi. Oke bahkan mengatakan, para pengusaha sempat mau hentikan kegiatan impor karena harganya begitu mencekik.

Ada dua dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga kedelai. Pertama, harga jual tahu atau tempe menjadi naik di pasar. Kedua, hidup pengrajin tahu dan tempe turut dipertaruhkan.

"Lebih baik tersedia meski harganya tinggi, karena 150 ribu pengrajin tahu tempe bergantung. Kalau kedelai tidak tersedia itu berbahaya bagi keberlangsungan para pengrajin," kata Oke dalam diskusi "Quo Vadis Sembako Nasional" yang diselenggarakan oleh Polemik Trijaya FM, Sabtu (5/3).

Harga tempe sebelumnya hanya Rp7 ribu per kilogram. Kini jadi naik hingga Rp11.300 per kilogram. Petani sebenarnya memang berharap harga dinaikkan, tetapi di kisaran Rp9-10 ribu per kilogram saja.

"Kalau Rp11.300 artinya tempenya itu Rp10.300 per kilogram dilepas oleh pengrajin. Tahunya itu dilepas Rp650 per potong," dia menjelaskan.

Secara nasional, kebutuhan konsumsi kedelai rata-rata 240 ribu ton per bulan. Sebelum terjadi penurunan jumlah pengrajin, kebutuhan nasional ditaksir mencapai tiga juta ton per tahun, yang sebagian besar berasal dari pasokan impor sebesar 2,6 juta ton.

Atas kenaikan harga itu, dan sempat terjadi demo dengan hilangnya tahu-tempe di pasar, Oke tetap memastikan stok kedelai aman pada Ramadan atau April 2022 hingga Lebaran. Pemerintah meminta para pengusaha tetap menyediakan 240 ribu ton kedelai per bulan, hingga akhir tahun.

"Kami pastikan ketersediannya walaupun pemerintah melakukan sosialisasi bahwa akan terjadi penyesuaian harga," dia menjelaskan.

Pemerintah tengah mencari alternatif importir kedelai. Meski sulit lepas dari importir besarnya, Oke berharap negara lain bisa memproduksi dengan baik sehingga bisa jadi alternatif importir bagi Indonesia. "Ini dari Amerika, pengrajin tahu tempe enggak bisa lepas dari sana. Diharapkan Brasil, akan ada perbaikan produksi," dia menerangkan.

75