Kyiv, Gatra.com - Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia dalam kendali militer Rusia sejak hari ini, Jumat (4/3). Serangan Rusia disebut menimbulkan kebakaran di komplek pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa itu.
Kebakaran itu memicu kekhawatiran para petinggi dunia akan adanya resiko bencana besar. Rusia menyalahkan serangan itu pada penyabot Ukraina, menyebutnya sebagai "provokasi mengerikan" seperti dilaporkan laman Al Jazeera, Jumat (4/3).
Lokasi PLTN ini di Energodar, 550 km di selatan ibukota Ukraina Kyiv. Atau sekitar 525 km di selatan Chernobyl, PLTN yang mengalami insiden terburuk di dunia pada 1986. PLTN Chernobyl juga susdah dibawah kendali Rusia.
Produksi listrik Zaporizhzhia sekitar 6000 megaWats, cukup untuk memasok kebutuhan sekitar 4 juta rumah tangga. Reaktor Zaporizhzhia beroperasi dengan bahan bakar yang diperkaya dengan isotop fisil Uranium-235.
Mereka bekerja dengan uap pemanas inti, tetapi tidak seperti reaktor lain, uap yang terkontaminasi nuklir tidak digunakan untuk menghasilkan energi. Sebaliknya, itu digunakan untuk menyalakan sirkuit uap lain yang tidak terkontaminasi yang kemudian memutar turbin. Manfaatnya, tingkat radiasi bagi pekerja di pabrik relatif rendah.
Tingkat radiasi latar belakang di sekitar pabrik saat ini sekitar 0,1 microsieverts per jam, menurut operator pabrik. Itu di bawah rata-rata global radiasi latar belakang dan jauh lebih sedikit daripada terbang di pesawat terbang atau mendapatkan sinar-x.
Baca juga: 15 Reaktor Nuklir di Tengah Perang, Jika Meledak Ini Dampaknya
Selama bencana Chernobyl, tingkat radiasi sekitar 300 sieverts per jam, jutaan kali lebih tinggi.
Zaporizhzhya adalah salah satu dari empat PLTN yang beroperasi di Ukraina. Sekitar 40% dari seluruh listrik yang dihasilkan oleh semua PLTN Ukraina datang dari PLTN ini. Seperlima dari produksi listrik tahunan Ukraina dihasilkan di PLTN Zaporizhzhya.
PLTN Zaporizhzhya beroperasi sejak 1984, terdiri dari enam unit reaktor air bertekanan (PWR) yang mulai produksi secara bertahap antara tahun 1984 hingga 1995, dengan kapasitas listrik kotor masing-masing reaktor sebesar 1.000 MW.
Menteri energi Amerika Serikat Jennifer Granholm dan Badan Energi Atom Internasional juga mengkonfirmasi tidak ada "pembacaan radiasi yang meningkat di dekat fasilitas".