Jakarta, Gatra.com – Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) XIII akan dihelat pada tahun ini setelah sebelumnya ditunda selama setahun gegara masih merebaknya Covid-19. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang tahun 2019 ditunjuk menjadi tuan rumah, akan menghelat acara yang awalnya dijadwalkan terlaksana tahun lalu tersebut.
Dirjen Bimas Kristen, Direktur Urusan Agama Kristen Kementerian Agama (Kemenag), Jannus Pangaribuan, dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin (4/3), telah melakukan audiensi kepada Wagub DIY, KGPAA Paku Alam X di Ndalem Ageng, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.
Janus bersama Perparawi Nasional melakukan audisensi dengan Sri Paduka yang didampingi Kepala Kanwil DIY Kemenag RI, Masmin Afif; dan Kepala Biro Bina Mental SPiritual Setda DIY, Djarot Margiantoro.
Sri Paduka mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang masih melanda menjadikan pilihan dilematis untuk menghelat acara tersebut. Acara Pesparawi XIII yang sudah mundur ini memang harus segera dilaksanakan kaerena akan memengaruhi program-program Kemenag selanjutnya. Tetapi pihaknya tidak ingin Covid-19 makin merebak.
Karena itu, lanjut dia, kalaupun acara 3 tahunan tersebut digelar, harus mengantisipasi terjadinya kasus Covid-19 dengan memperhatikan jumah peserta, penggunaan teknologi, dan pemanfaatan tempat-tempat lain untuk isolasi terpusat (Isoter).
“Karena untuk Isoter, melayani masyarakat DIY saja sudah penuh, apalagi dari luar dengan jumlah 15 ribu orang. Tentu berat,” ungkapnya.
Ia mengingatkan, pelaksanaan Pesparawi XIII harus menerapkan protokol kesehatan (Proks) secara ketat karena bagaimanapun, mengumpulkan banyak orang pada saat ini tidak bisa sembarangan. Harus ada langkah antisipasi yang matang.
Sementara itu, Masmin Afif mengungkapkan, ada beberapa catatan penting pada penyelenggaranaan Pesparawi XIII yang akan diselenggarakan pada 19 hingga 26 Juni 2022. Pertama, acara ini akan tetap diselenggarakan mengingat belum ada kepastian kapan pandemi berakhir. Pihaknya mengharapkan angka kasus akan semakin melandai.
Kedua, lanjut Afif, akan dilakukan penyesuaian dan pertimbangan jumlah peserta yang akan hadir. Jumah awal peserta diperkirakan mencapai 15 ribu peserta, untuk kemudian dipangkas menjadi 6 ribu.
Menurutnya, Wabug juga meminta agar jumlah peserta sebayak 6 ribu tersebut dipertimbangkan lagi untuk dikurangi untuk mengurangi kerumunan. “Ini karena melihat suasana saat ini yang sedang ada pada gelombang ketiga,” katanya.
Selain itu, penyelenggaraan kegiatan akan digelar di beberapa venue berbeda. Hal ini sebagai langkah meminialisir penyebaran Covid–19 dan mengondusifkan suasana. Tentu disiplin prokes juga menjadi catatan penting bagi penyelenggara dan peserta.
Djarot Margiantoro menambahkan, saat ini persiapan sudah mulai berjalan. Untuk ?susunan kepanitiaan, nanti akan diperkuat oleh seluruh OPD di DIY. Selain itu, akan menggandeng mahasiswa-mahasiswa daerah yang ada di DIY yang memiliki asrama. Asrama ini nanti akan dimanfaatkan untuk mendukung operasional kegiatan.
“Kita ambil langkah ini untuk memaksimalkan potensi DIY dan mengurangi keterlibatan pihak luar, ini akan mengurangi risiko paparan Covid-19 juga,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya akan melaksanakan arahan Wagub DIY terkait pemanfaatan teknologi untuk memudahkan pekerjaan. Nantinya, akan ada desain kartu peserta yang memuat data keseluruhan peserta.
“Kita manfaatkan teknologi melalui database ID card yang isinya berbagai macam informasi yang jelas. Kala rencana awal tanpa ada kejadian luar biasa ini, seluruh rencana kita pastikan sudah ideal,” katanya.
Menurutnya, DIY telah lebih dari siap menggelar event ini dengan dukungan kabupaten/kota dan dukungan seluruh wilayah Indonesia. Ada hal penting juga yang menjadi konsentrasi bagi panitia penyelenggara. Event ini diharapkan bisa menjadi percontohan penyelenggaraan event skala besar dengan protokol keseatan yang ketat.
“Akan kita tambahkan juga usulan persyaratan vaksinasi dosis 3 juga pada peserta. Nanti kita tinjau kembali juknisnya,” kata dia.