Home Lingkungan Pelajar Wakatobi Dibekali ‘Panduan Pendekar Lingkungan, Penjaga Mangrove Wakatobi’

Pelajar Wakatobi Dibekali ‘Panduan Pendekar Lingkungan, Penjaga Mangrove Wakatobi’

Wakatobi, Gatra.com – Upaya menjaga lingkungan sejak dini, terutama ekosistem mangrove, Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Balai Taman Nasional Wakatobi, menerbitkan buku untuk kalangan pelajar.

Buku yang untuk pertama kalinya dipublikasikan ini mengupas salah satu kekayaan alam Kabupaten Wakatobi, yang harus dilestarikan, yaitu mangrove itu disosialisasikan selama bulan Februari 2022 ke sejumlah sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Wakatobi.

Melalui buku yang bertajuk ‘Panduan Pendekar Lingkungan, Penjaga Mangrove Wakatobi’, disajikan cerita mengenai hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem terpenting pada kawasan pesisir. Di mana, kawasan hutan mangrove Kabupaten Wakatobi, tersebar di lima pulau, yakni Pulau Wangi-wangi, Pulau Kapota, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko dengan total luas 1.914,87 hektare.

“Buku ini sangat bagus, karena mengajak siswa mengenal potensi sumber daya alam yang ada di sekitarnya, sekaligus upaya menjaganya agar tetap lestari. Materinya juga sangat mudah dipahami dan dipraktikkan oleh para siswa,” terang Jasmina, guru SDN Teewali, Kecamatan Kaledupa Selatan, Kabupaten Wakatobi, Selasa (1/3).

Bupati Wakatobi, Haliana mengucap syukur dan terima kasih kepada YKAN yang telah bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Wakatobi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Wakatobi, untuk menyusun buku sebagai sumbangsih bagi dunia pendidikan di Kabupaten Wakatobi.

“Besar harapan kami semoga isi dan pesan yang terkandung dalam buku ini, selain dapat menambah khazanah tentang ilmu pengetahuan, juga dapat memberikan pesan pelestarian sumber daya alam khususnya mangrove yang ada di wilayah Kabupaten Wakatobi,” jelas

Sementara, Direktur Program Kelautan YKAN, Muhammad Ilman menyebut bahwa dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, siswa dapat menganalisa berbagai tantangan yang ada, serta memahami cara mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.

“Di wilayah pesisir, masyarakat sangat bergantung pada jasa lingkungan yang disediakan oleh ekosistem mangrove. Jika dikelola secara efektif dan berkelanjutan, mangrove dapat menjadi sumber penghidupan, serta berkontribusi pada ketahanan pangan dan sosial. Pada kondisi ini, mengenalkan upaya untuk melestarikan mangrove kepada anak-anak lewat kegiatan pendidikan lingkungan hidup menjadi amat penting,” katanya.

274