Jakarta, Gatra.com - Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani, mengatakan bahwa mempelajari pemilih kritis menjadi sangat penting dan strategis. Terutama dalam konteks pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan umum (pemilu) yang lainnya.
Hal ini disampaikan dia dalam rilis survei opini publik SMRC bertajuk "Kecenderungan Pilihan Presiden Kelompok Pemilih Kritis", yang telah tayang di kanal YouTube SMRC TV pada Senin siang, (28/2).
Saiful menerangkan, pemilih kritis merupakan pemilih yang mempunyai infomasi lebih baik tentang berbagai isu nasional, politik, ekonomi, pembangunan, dan sebagainya. "Pemilih yang relatif mau mengikuti isu-isu tersebut secara nasional, sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan ketika dia menilai dan kemudian memilih seorang calon presiden," kata dia.
Selain itu Saiful mengatakan pemilih kritis biasanya adalah warga perkotaan atau kebanyakan warga yang tinggal di daerah perkotaan. Pemilik kritis juga merupakan warga yang relatif lebih berpendidikan.
Sebagai indikator dasar atau elementer dari pemilik kritis, ujar dia, adalah mereka yang memiliki telepon selular (cellphone). Karena dengan cellphone, mereka memungkinkan untuk mengakses berbagai informasi terkait masalah politik, pembangunan, dan sebagainya.
"Oleh karena itu, memperhatikan pemilih kritis yang biasanya itu dibanding yang bukan kritis, punya pengaruh lebih kuat di dalam kehidupan masyarakat," ucap Saiful.
Dia mengatakan pemilih kritis biasanya tidak mudah dipengaruhi. Dan malah sebaliknya, mereka dapat memengaruhi pemilih yang kurang kritis.
Saiful melanjutkan, kalau bicara tentang pemilih kritis, maka bersamaan dengan itu juga bicara tentang pemilih yang tidak atau kurang kritis. Pemilih kurang kritis merupakan pemilih yang sebaliknya, relatif kurang berpendidikan, banyak tinggal di pedesaan, serta kurang mempunyai informasi yang cukup tentang berbagai isu secara nasional.
"Siapa yang punya basis pemilih kritis yang besar, maka orang tersebut punya basis yang kuat di secara elektoral ke depan. Karena apa?karena dia punya basis sosial yang tidak mudah dipengaruhi," tutur dia.
"Tetapi sebaliknya, justru akan mempengaruhi pemilih-pemilih yang lain, akan punya efek bola salju di dalam proses kontestasi pemilu yang akan berlangsung di negara kita tahun 2024 nanti," Saiful menambahkan.