Jepara, Gatra.com - Umat Hindu di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menggelar upacara Melasti di Pantai Bandengan, Ahad(27/2). Kegiatan ritual tersebut, sebagai upaya pensucian diri, menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944.
Dengan megenakan pakaian serba putih, umat Hindu Jepara terlihat khusyuk mengikuti rangkaian upacara Melasti. Di tengah pandemi, ritual berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan, termasuk membatasi jumlah peserta dengan hanya menyertakan 30 orang saja.
“Sedianya kegiatan ini diikuti sekitar 250 orang, namun karena pandemi dibatasi hanya 30 orang. Namun demikian tidak mengurangi makna dari upacara Melasti,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Jepara, Parsini.
Disampaikan Parsini, Melasti diwarnai dengan larung sesaji ke laut berupa hasil bumi dan hewan ternak. Usai larung sesaji, umat Hindu mengambil air laut atau tirta suci kamandalu untuk keperluan penyucian diri.
“Buana agung dan buana alit, supaya dalam melaksanakan tapa brata pada malam Nyepi nanti bisa mendapatkan keselamatan, kebahagiaan, dan anugerah dari sang Hyang Widhi,” tuturnya.
Saat upacara sembahyangan berlangsung, seluruh umat Hindu tampak khidmat menyanyikan kidung-kidung berlafal doa. Bagi umat Hindu, upacara Melasti merupakan proses penyucian diri secara lahir maupun batin dalam persiapan tapa brata malam Nyepi melalui upacara Melasti, dan berharap masa pandemi segera bisa berakhir.
Upacara Melasti merupakan rangkaian dalam menyambut perayaan nyepi sebelum upacara persembahyangan Mecaru. “Upacara melasti merupakan proses penyucian diri secara lahir maupun batin dalam persiapan tapa brata penyepian nanti,” ujarnya.
Diungkapkannya, Nyepi akan dilaksanakan mulai (3/3) hingga (4/3) selama 24 jam. Umat Hindu akan melaksanakan catur brata penyepian, yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati lelanguan (tidak bersenang-senang), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati karya (tidak bekerja).
“Seluruh umat Hindu akan merenungkan diri untuk kembali menjadi manusia yang bersih dan suci, lahir dan batin,” sebutnya.