Jakarta, Gatra.com- Pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin kepada negara yang ikut campur pada konflik Rusia dan Ukraina bisa berdampak buruk perlu disikapi. Ditambah sikap NATO dan Amerika yang sejauh ini tidak melakukan langkah militer signifikan dan hanya menghadirkan sanksi ekonomi.
Dosen Universitas Paramdina Ahmad Khoirul Umam mengatakan dampak eknomi secara global sudah terlihat. Dimana fluktuasi saham yang memang sempat alami koreksi. Tapi secara general akan ada dampak serius dalam supplay chain dalam kontkes komoditas ekstraktif. Ukraina sebagai pemasok nikel, batubara, dan minyak menjukkan kenaikan harga.
“Ekonomi makro secara general belum ada dampak begiru signifikan. Artinya kalau ditambah relaitas politik NATO dan Amerika tidak mengambil langka militer agresif tidak ada exercise yang optimal maka fundamental ekonomi glboal relatif tidak akan terkoreksi secara signifikan,” kata Khoirul Umam dalam diskusi dampak ekonomi politik perang Rusia-Ukraina, Sabtu (26/2).
Tetapi jika kemudian dalaml waktu dekat ada koreksi dari NATO dan Ameriak tentu akan ada dampak ekonomi global. Bahkan jika aksi militer dilakukan efek ekonomi besar di Amerika dan kemudain bank sentral melakukan tappering maka dampakanya berpengaruh terkonsolidasinya dollar masuk kembali ke Amerika akan berefek pada ekonomi di Indonesia.
Rusia yang memiliki kalkulasi percaya diri meskipun dihantam sanksi ekonomi. Akan tetap mendapat backup ekonomi dan militer dari Tiongkok. Itulah yang kemudian menggunting kepercayaan diri Rusia untuk tidak mendengarkan ancaman Joe Biden dan NATO. “Ini yang perlu kita antisapasi kalau kemudain ada narasi itu kita Indonesia harus berhati-hati,” ujar Khoirul Umam.
Jika ditarik kebelakang di kawasan indo pasifik pada Spetember 2021 lalu Indonesia dikagetkan dengan pakta keamanan trilateral antara Australia, Britania Raya, dan Amerika Serikat atau AUKUS. Dimana hal ini merupakan perimbangan kekeuatan terhadap China.
“Situasi politik ekonomi akan dinamis. Kalau ketenangan tidak dimaintain Indonesia bisa menjadi ladang perebutan pengaruh medan politk ekonomi. Kita tidak ingin itu ketengangan tercipta dan medan pertempuran terbuka secara miiiter.”
Umam mengingatkan hal itu harus betul diantispasi jangan samapai Indonsia melakukan strategy miss calculation. Bahwa salah satu terjadinya perang dimunculkan oleh ego kekuasaan. Bagaiman karakter Vladimir Putin tidak ditiru oleh pemimpin Inonesia. Perlu check and balancing di sistem demokrasi otu berjalan.
“Kalau pemimpin tidak bisa dikoreksi tidak mau mendengar, bisa awal startagic miss calculation. Disinilah teori dasar demokrasi menemukan justifikasi dan relevansi bahwa kalau negara bisa menjalnkan pilar demokrasi dengan baik most likely perdamain dan stabiltas kawasan akan terjaga. Sebaliknya kalau ego tidak dikontrol ketegangan atau perpecahan perang semakin terbuka,” pungkasnya.