Brussels, Gatra.com - Para pimpinan Uni Eropa mengadakan rapat darurat terkait dengan serbuan Rusia ke Ukraina. Bagi UE, mungkin rapat darurat ini adalah rapat paling emosional dan paling sulit menemukan titik temu.
Bagi para pemimpin UE, sudah sangat jelas. Aksi Rusia terhadap Ukraina tidak hanya tentang Ukraina. Namun, para pemimpin UE percaya, Putin ingin mendesain ulang arsitektur keamanan di kawasan Eropa sesuai dengan keinginannya.
Beberapa negara di bagian Eropa Tengah dan Timur yang dulunya bagian dari Pakta Warsawa dan kini menjadi anggota UE dan NATO, merasa yang paling gampang jadi sasaran empuk Rusia. Utamanya negara-negara Baltik yang berbatasan langsung dengan Rusia.
Mereka khawatir, Kremlin punya niatan untuk mengganggu stabilitas kawasan itu dengan serangan siber dan kampanye-kampanye disinformasi, yang ditujukan untuk komunitas etnis Rusia yang ada di negara mereka.
Salah satunya adalah Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki. Ia terlihat cukup frustasi dan menilai sanksi keras terhadap Moskow seharusnya dijatuhkan lebih awal sebelum serangan ke Ukraina.
“Sudah cukuplah omong kosong ini,” sembur Mateusz, dilansir dari BBC. Eropa adalah pembeli minyak dan gas Rusia. Dan dalam jumlah yang sangat banyak. Namun, lanjutnya, Putin malah membuat Eropa tidak stabil dengan melakukan agresi dan invasi ke Ukraina.
Betul bahwa seluruh anggota UE bersuara bulat untuk menjatuhkan oaket sanksi yang baru terhadap Rusia, yang dideskripsikan oleh Presiden Komisi Eropa sebagai sanksi yang masif dan menyakitkan.
Paket sanksi ini lebih membidik sektor ekonomi Rusia, termasuk di dalamnya bidang transportasi dan energi, sektor keuangan dan sanksi terhadap individu di sekitaran Kremlin. Sanksi ini juga tidak hanya berlaku untuk Rusia, tapi juga Belarus yang merupakan sekutu Rusia.
Hanya saja, UE juga sadar, bahwa sanksi yang akan dijatuhkan ke Rusia, sedikit banyak juga akan mempengaruhi perekonomian UE.
Jerman dan Italia diantaranya. Dua negara ini sangat tergantung pada suplai gas dari Rusia dan punya hubungan dagang cukup intens dengan Rusia. Jerman dan Italia lalu meminta UE untuk menahan sanksi keras terhadap Rusia, seperti membatasi impor minyak dan gas dan menghapus Rusia dari sistem pembayaran Swift.
Permintaan kedua negara ini, tak pelak malah membuat mereka dikiritik terlalu mementingkan negara sendiri di tengah krisis internasional.
Sementara di pihak lain, negara-negara seperti Hungaria, Rumania dan Polandia, juga sudah mulai bersuara mengenai kemungkinan mereka akan diserbu pengungsi dari Ukraina. Ini tentu akan menceburkan mereka kepada krisis migrasi yang baru lagi.
UE menyebutkan bahwa mereka akan menyusun rencana kontijensi terkait pengungsi dari Ukraina dan mengupayakan yang terbaik untuk negara-negara UE yang terdampak parah karena penerapan sanksi terhadap Rusia.
Bukan hal yang mudah bagi Uni Eropa untuk keluar dari jebakan krisis Ukraina-Rusia.