Ankara, Gatra.com - Turki tidak dapat menghentikan kapal perang Rusia yang mengakses Laut Hitam melalui selatnya, seperti yang diminta Ukraina, karena klausul dalam pakta internasional yang memungkinkan kapal untuk kembali ke pangkalan mereka.
Penjelasan itu dikemukakan menteri luar negeri Turki sebagaimana dikutip Reuters, pada hari Jumat (25/2).
Ukraina telah meminta Turki untuk memblokade kapal perang Rusia melewati selat Dardanelles dan Bosphorus, yang mengarah ke Laut Hitam, setelah Moskow pada hari Kamis meluncurkan serangan besar-besaran di Ukraina dari darat, udara dan laut.
Pasukan Rusia mendarat di pelabuhan Laut Hitam dan Azov Ukraina sebagai bagian dari invasi.
Di bawah Konvensi Montreux 1936, Turki memiliki kendali atas selat dan dapat membatasi perjalanan kapal perang selama masa perang atau jika terancam, namun permintaan tersebut telah menempatkan anggota NATO dalam posisi yang sulit karena mencoba untuk mengikuti komitmen Barat dan hubungan dekat dengan Rusia.
Berbicara di Kazakhstan, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan Turki sedang mempelajari permintaan Kyiv, tetapi mengatakan bahwa Rusia memiliki hak berdasarkan Konvensi untuk mengembalikan kapal ke pangkalan mereka, dalam hal ini Laut Hitam.
Jadi bahkan jika Turki memutuskan setelah proses hukum untuk menerima permintaan Ukraina, dan menutup selat untuk kapal perang Rusia, lanjutnya, maka mereka hanya akan dicegah untuk melakukan perjalanan ke arah lain, jauh dari pangkalan mereka ke Mediterania.
“Jika negara-negara yang terlibat dalam perang mengajukan permintaan untuk mengembalikan kapal mereka ke pangkalan mereka, itu harus diizinkan,” kata harian Hurriyet, mengutip Cavusoglu.
Cavusoglu menambahkan bahwa para ahli hukum Turki masih mencoba untuk menentukan apakah konflik di Ukraina dapat didefinisikan sebagai perang, yang akan memungkinkan mandat konvensi untuk dijalankan.
Duta Besar Ukraina untuk Turki, Vasyl Bodnar, mengatakan pada hari Jumat bahwa Kyiv mengharapkan "tanggapan positif" dari Ankara atas permintaannya.
Cavusoglu juga menegaskan kembali penentangan Ankara untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, --sikap yang telah membedakan Turki dari sebagian besar sekutu NATO-nya yang telah mengumumkan tindakan tersebut.
Turki telah membina hubungan baik dengan Rusia dan Ukraina. Dikatakan bahwa serangan Rusia tidak dapat diterima dan mendukung integritas teritorial Ukraina, namun telah menghindari penggunaan kata-kata seperti "invasi" untuk menggambarkan apa yang terjadi.
Ankara telah menjalin kerja sama dengan Moskow pada pertahanan dan energi, tetapi juga telah menjual drone ke Ukraina dan menandatangani kesepakatan untuk memproduksi lebih banyak.
Ia juga menentang kebijakan Rusia di Suriah dan Libya, serta aneksasi Krimea pada tahun 2014.