Jakarta, Gatra.com- Kasual semula bergerak secara manual. Industri busana yang fokus membuat celana khusus pria sejak 2017 ini mampu melayani permintaan pelanggan secara khusus dalam waktu sebulan.
Mulai pemilihan material atau bahan, pengukuran, hingga pengirimannya. Namun, durasi pembuatan ini masih dinilai Alam Akbar, empunya perusahaan itu, begitu lama.
Seiring tumbuhnya perusahaan dan bertambahnya jumlah pekerja, Alam memutuskan untuk memangkas durasi pembuatan itu hingga dua pekan saja. Ia mengubah beberapa cara kerja, dari mendata secara manual hingga menggunakan Google Sheet atau Microsoft Excel.
Ia juga mempunyai aplikasi internal untuk memproses permintaan dari pelanggan yang langsung terhubung ke penjahitnya. Semua berjalan cukup efisien, sehingga durasi pembuatan celana dipangkas lagi dari dua pekan menjadi lima hari saja.
"Yang lama itu proses pengenalan dan edukasi. Tapi semua serba simpel, otomatis sendiri. Jadi tahu mana orderan yang motong awal, dijahit siapa, dicek siapa," kata Alam saat wawancara melalui Zoom bersama Majalah Gatra, pekan lalu.
Merasa pengembangan skema kerja cukup berhasil, Alam mencoba untuk mengefisiensikan sistem pengukuran celana pelanggan. Pada 2020, awal Covid-19 merebak, Kasual menghadirkan virtual fitting.
Cara kerjanya, tim Kasual membantu pengukuran celana pelanggan melalui panggilan video. Akan tetapi, konsumen harus bisa mengukur dengan alat seperti meteran baju sendiri.
Setelahnya, Alam mencoba meluncurkan pengukuran 3D. Ia mengklaim 3D measurement ini pertama dalam industri fesyen Indonesia.
Pelanggan hanya perlu berdiri satu menit dalam sebuah boks, yang disediakan Kasual secara langsung di gerai atau mal, kemudian sudah bisa dapat ukuran tubuhnya secara otomatis.
Sebelumnya pengukuran manual mungkin hanya bisa fokus di lima titik, seperti pinggang, pinggul, paha bawah, panjang dan pergelangan kaki. Dengan pengukuran 3D, pelanggan langsung mendapatkan 173 titik tubuhnya.
Selain itu, ada animasi atau avatar pelanggan yang bisa dipasangkan langsung dengan rekomendasi produknya. "Tingkat akurasi (pengukurannya) sampai 99%" kata Alam.
Langkahnya, pelanggan perlu login terlebih dahulu di tablet yang sudah disediakan Kasual. Perangkat itu bisa merekam data seperti nomor handphone atau alamat untuk pengiriman barang. Kemudian muncul akun pelanggan.
Adapun cara kerja pengukuran itu dijelaskan Alam melalui infrared yang membentuk algoritma badan, bukan melalui kamera atau video. Teknologi pengukuran 3D ini hasil kerja sama dengan startup luar. Namun, Alam enggan membeberkan nama perusahaannya.
Alam mengaku cara ini sungguh mempermudah pelanggan dan membuat proses pembuatan menjadi lebih cepat.
"Kalau bikinnya lama, yang keserap itu, user-nya sedikit. Kalau cepat, kuantitas atau skala besar, bangunnya juga cepat. Kasual kan punya tim produksi internal sendiri. Kami end-to-end, pembuatan material dari kain, jahit, kirim sendiri," dia menjelaskan.
Kasual memang menyasar konsumen pria. Tapi, dengan kompleksitas dan kecanggihan ini, mereka tak menutup pintu bagi konsumen perempuan yang ingin membuat celana. Rata-rata pelanggannya berusia 17-35 tahun. Harga celana dibanderol mulai Rp300 ribu.
Dalam sebulan, mereka mampu memproduksi sebanyak tiga ribu celana yang dibuat oleh penjahit ulung dengan skema mitra. Namun, Alam enggan blak-blakan soal omzet penjualan per bulannya.
Kasual didukung lebih dari seratus pekerja, di antaranya 40 orang di tim manajemen, serta 70 di tim produksi. Mereka memiliki dua markas, yakni di Jakarta dan Sukoharjo, Jawa Tengah.
Tahun ini, rencananya Alam dan tim akan menciptakan terobosan baru: pengukuran melalui gawai. Pelanggan tak perlu lagi datang ke boks mereka. Semua bisa dilakukan di depan gawai.
Dalam pengembangan ini, Kasual akan bekerja sama dengan perusahaan teknologi yang sama dengan pembuatan boks itu, serta menggandeng beberapa perusahaan lain. Alam memastikan tingkat akurasi pengukuran ini pun tak beda jauh.
"Dia (pelanggan) berdiri, kamera taruh di meja. Dalam beberapa detik langsung terukur otomatis," Alam menjelaskan.
Bagi Alam, kecepatan adalah nomor satu dalam perdagangan elektronik atau e-Commerce. Itu sekaligus menjadi tantangan terbesar untuk Kasual. Menurutnya, jika pembuatan produk lebih cepat, otomatis konsumen akan lebih senang menerimanya.
Akan tetapi, Alam mengakui pembuatan dan pengukuran celana memang membutuhkan waktu. Garmen tidak otomatis instan. Kendati begitu, Alam bertekad untuk memotong durasi lagi menjadi tiga hari kerja dalam pembuatan celana ini.
Selain itu, adaptasi dengan dunia metaverse juga masih menjadi tantangan buat Alam. Menurutnya, pengetahuan ke ranah itu masih terbatas.
Ia mempertanyakan istilah yang digaungkan itu benar metaverse atau hanya sekadar bubble. Akan tetapi, satu hal yang menjadi kritik Alam, yakni soal infrastruktur seperti jaringan atau konektivitas.
"Kalau pemerintah mau serius di metaverse, infrastrukturnya diperkuat," pungkasnya.