Colombo, Gatra.com – Duta Besar RI untuk Sri Lanka, Dewi Gustina Tobing dan Menteri Industri Sri Lanka, Wimal Weerawansa, sepakat tingkatkan kerja sama industri kedua negara. Hal tersebut mengemuka pada pertemuan kedua pejabat pada, Rabu, 23 Febuari 2022 di kantor Menteri Industri Sri Lanka di ibu kota Kolombo.
“Dubes Dewi dan Menteri Wimal membahas sektor-sektor yang dapat dikerja samakan di bidang industri,” sebut Minister Counsellor KBRI Colombo, Heru Prayitno dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Kamis (24/2).
Demi meningkatkan sektor industrinya, Sri Lanka menegaskan kebutuhan mereka atas sumber daya alam, industri olahan, barang setengah jadi, dan barang hampir jadi asal Indonesia. Hubungan yang komplementer ini diyakini membuat kerja sama industri akan semakin saling menguntungkan bagi kedua negara. Kebutuhan Sri Lanka untuk produk konsumtif yang dapat dipenuhi oleh Indonesia, bisa menjadi alternatif yang menguntungkan bagi Sri Lanka.
Nilai perdagangan Indonesia-Sri Lanka pada 2021 tercatat sebesar US$433,2 juta atau naik 48% dibandingkan 2020.
Dubes Dewi mengangkat pula isu mengenai perlunya segera dimulai perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Sri Lanka. Sebelumnya hal ini telah dibahas Dubes Dewi dengan Menteri Perdagangan Sri Lanka. Dengan demikian, KBRI meminta dukungan Menteri Wimal untuk kelancaran rencana tersebut. Menteri Wimal sepakat pentingnya PTA untuk mendukung industri Sri Lanka dan berjanji akan memberikan dukungan untuk rencana perundingan ini.
“Perundingan PTA nantinya akan membuka jalan bagi peningkatan hubungan kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara,” sebut Dubes Dewi.
Baca Juga: Ini 3 Faktor untuk Meningkatkan Daya Saing Industri
Jika PTA berlaku, akan semakin banyak produk Indonesia yang dapat masuk ke pasar Sri Lanka, baik dalam bentuk barang proses maupun barang jadi. Baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Sri Lanka maupun untuk mendukung industri mereka yang berorientasi domestik maupun ekspor.
Diketahui, pemerintah Sri Lanka kini masih membatasi impornya karena keterbatasan valuta asing yang dimiliki.
"Saya juga sampaikan ke Menteri Wimal, saat ini kami sedang menghubungkan perusahaan pemasok aluminium dari Indonesia dengan perusahaan industri di Sri Lanka. Kedua pihak telah membahas secara teknis kebutuhan yang diperlukan dalam satu tahun ini, serta kebutuhan jangka menengah untuk tiga tahun" ungkap Dubes Dewi.
Baca Juga: Main Angklung Bareng Warga Sri Lanka Keturunan Jawa di Kinniya
Lebih lanjut, kedua pejabat juga membahas kontrak tender yang dimenangkan oleh perusahaan Indonesia untuk pengadaan 39.000 M3 ton kopra ke Sri Lanka. Saat ini sedang dalam proses untuk sistem pembayarannya.
Dubes Dewi dan Menteri Wimal juga berkomitmen untuk menindaklanjuti pembahasan naskah awal MoU di bidang kerja sama perindustrian yang telah diterima dari Kementerian Perindustrian RI. Hal ini akan dibahas lebih lanjut untuk mendapat kemajuan.
Pada akhir pertemuan, Menteri Wimal berharap adanya delegasi bisnis dari Indonesia ke Sri Lanka pada tahun ini. Menteri Wimal juga mengharapkan kunjungan Menteri Perindustrian RI ke Sri Lanka membalas kunjungan Menteri Wimal ke Jakarta pada 10-11 November 2021 ketika menghadiri Regional Conference on Industrial Development (RCID) ke-2, yang sekaligus digunakan untuk adakan pertemuan bilateral antara kedua menteri.