Banyumas, Gatra.com – Ribuan petani dan penyuluh di kabupaten Purbalingga mengikuti pelatihan sejuta petani dan penyuluh tahun 2022 yang diadakan oleh Kementerian Pertanian yang diselenggarakan secara online menggunakan Zoom dan Youtube, selama tiga hari, 23 sampai 25 Februari 2022.
“Pelatihan ini cukup menarik, karena menjawab masa depan lingkungan kita, kita harus lakukan adaptasi dan mitigasi di pertanian agar global warming bisa dikendalikan,” kata Seno Bayu Murti Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Dinpertan Purbalingga, Kamis (24/2).
Pelatihan sejuta petani dan penyuluh ini disambut antusias petani dan penyuluh di Purbalingga, hal ini terlihat peserta dari Purbalingga mencapai 10.700 peserta, yang mengikuti zoom di berbagai titik kumpul.
“Kabupaten purbalingga dituntut menyukseskan Pelatihan Satu Juta Petani dan Penyuluh di tahun 2022 ini, dan ini yang kedua kalinya. Dari Provinsi Jateng membreakdown ke Kabupaten/Kota. Purbalingga tergetnya 10.900 an peserta kami akhirnya semasif mungkin dengan media yang kita punya ada instagram, facebook, WA group akhirnya ada 10.700 peserta dari Purbalingga,” terang Seno.
Setelah mengikuti pelatihan ini, lanjut Seno, diharapkan petani dan penyuluh di Purbalingga memiliki pemahaman tentang pertanian cerdas iklim. “Sasaran utama kita petani-petani milenial, kelpompok pemuda tani, kita masuk kesana kita merasa itu sangat penting karena pemuda yang akan meneruskan pembangunan pertanian,” ucapnya.
Dia menjelaskan, pemanasan global salah satunya disumbang dari pertanian. Di anaranya akibat penggunaan pupuk berlebih dan air yang menggenang tanaman padi yang menyumbang efek gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
Setelah pelatihan ini, sambung Seno, yang pertama mindset petani dan penyuluh harus diubah. Bahwa pertanian selain berorientasi pada produksi juga harus mengedepankan ramah lingkungan.
“Tentunya ini menjadi tantangan bersama, apalagi penyuluh mungkin awalnya bingung mau pake bahasa gimana menjelaskan petani terkait pertanian cerdas iklim,” ucap dia.
Edukasi itu menurut dia bukan hal mudah. Namun, ada kunci dan pendekatan khusus agar petani lebih mudah paham. Yakni, dengan menjelaskan kejadian alam seperti hujan terjadi di luar musim.
“Itu bukti bahwa terjadi perubahan iklim, kemudian serangan hama yang meledak, jadi memang iklim kita sudah berubah,” ucap Seno.