Washington, Gatra.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyatakan bila tentara Rusia akan segera melancarkan aksi pendudukan ke Ukraina, sebelum malam berakhir. Hal itu ia tegaskan kepada kantor media NBC News Rabu malam (23/02) waktu setempat.
“Rusia telah menempatkan pasukannya di titik akhir kesiapan melintasi perbatasan Ukraina ke utara, ke timur, ke selatan,” katanya. “Semuanya tampaknya sudah siap bagi Rusia untuk terlibat dalam agresi besar-besaran terhadap Ukraina.”
Meski begitu, Blinken tak bisa memberikan kepastian apakah invasi itu bisa terjadi malam itu juga. "Saya tidak dapat menentukan tanggal atau waktu yang tepat untuk itu, tetapi semuanya sudah siap bagi Rusia untuk bergerak maju."
Komentar Blinken bersamaan dengan rencana PBB untuk menggelar sesi pertemuan darurat malam hari, sesuatu yang tidak biasa, dalam tiga hari ini.
Pihak PBB sudah bertemu dengan perwakilan Rusia pada Senin malam - yang saat ini memegang jabatan presiden bergilir Dewan Keamanan - dan tak menghiraukan menghadapi kritik dari anggota lain. Mereka akan bertemu lagi pada hari Rabu pukul 21:30 di New York.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan Senin bahwa Moskow mengakui dua wilayah Ukraina timur yang memisahkan diri dari Luhansk dan Donetsk sebagai negara "merdeka", diikuti dengan cepat dengan mengirim pasukan untuk "menjaga perdamaian" di sana.
Pengumuman itu menuai kecaman global yang luas sebagai pelanggaran Piagam PBB dan hukum internasional, dengan negara-negara Barat mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia.
Pada tahun 2014, setelah menginvasi Semenanjung Krimea Ukraina, Moskow mulai mendukung pasukan separatis di Ukraina timur melawan pemerintah pusat, sebuah kebijakan yang telah dipertahankan sejak saat itu. Konflik tersebut telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa, menurut PBB.
Langkah terbaru Putin mengikuti pengumpulan 100.000 tentara dan alat berat Rusia di dalam dan sekitar tetangganya, dengan AS dan negara-negara Barat lainnya menuduhnya menyiapkan panggung untuk invasi.
Rusia telah membantah bahwa mereka sedang mempersiapkan invasi dan sebaliknya mengklaim bahwa Barat telah merusak keamanannya melalui ekspansi NATO ke perbatasannya.